Manado – Disaat kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota Manado menunjukan massanya di penghujung tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), lain hal dilakukan oleh pasangan Dr Harley Mangindaan dan Jemmy Asiku.
Pasangan nomor urut 1 ini, cenderung lebih memilih blusukan atau dengan mendatangi warga langsung, berkampanye sekaligus mensosialisasikan Visi dan Misi serta Program-program.
Terpantau sepekan lalu, Mangindaan-Asiku menyisir pemukiman warga yang tinggal baik di bantaran sungai hingga daerah perbukitan. Tercatat, lebih dari 500 orang setiap hari disapa langsung.
“Blusukan yang dilakukan Mangindaan-Asiku merupakan cara jitu. Memang melelahkan, tapi punya faktor booming yang terukur. Tertanamnya hati Ai-JA di warga merupakan fondasi untuk menuju kemenangan,”kata Toni Sumual, Tokoh Masyarakat Tikala kepada wartawan, kemarin.
“Kalo dengar Ai dan JA tiap pagi jalan torang rasa lelah. Mar dapa liat mereka enjoy. Menurut saya ini hal yang wajar dalam pertempuran Pilkada kalo Ai pilih blusukan, dia berupaya,. Ini yang efektif dari pada warga yang datang ke kandidat, warga yang lelah kandidat nyaman,”sambungnya lagi.
Sumual menilai, blusukan menjadi sangat populer setelah dipakai oleh Jokowi, Presiden RI.
Tapi sebenarnya jauh sebelum gaya ini sudah dilakukan Ai Mangindaan saat menjabat Wakil Walikota Manado sejak tahun 2010. Diceritakan, hal yang sama juga sudah dilakukan ayahnya, EE Mangindaan saat menjadi Gubernur Sulawesi Utara pada tahun 1995-2000.
“Yang dilakukan Ai Mangindaan karena dia memahami bahwa demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat dan melalui cara itu dia memahami persoalan rakyat. Selain itu dia bisa memahami kepentingan publik,”ujarnya.
“Dengan mendengarkan suara rakyat dia bisa melayani kepentingan umum,” katanya lagi. (ads)
Manado – Disaat kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota Manado menunjukan massanya di penghujung tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), lain hal dilakukan oleh pasangan Dr Harley Mangindaan dan Jemmy Asiku.
Pasangan nomor urut 1 ini, cenderung lebih memilih blusukan atau dengan mendatangi warga langsung, berkampanye sekaligus mensosialisasikan Visi dan Misi serta Program-program.
Terpantau sepekan lalu, Mangindaan-Asiku menyisir pemukiman warga yang tinggal baik di bantaran sungai hingga daerah perbukitan. Tercatat, lebih dari 500 orang setiap hari disapa langsung.
“Blusukan yang dilakukan Mangindaan-Asiku merupakan cara jitu. Memang melelahkan, tapi punya faktor booming yang terukur. Tertanamnya hati Ai-JA di warga merupakan fondasi untuk menuju kemenangan,”kata Toni Sumual, Tokoh Masyarakat Tikala kepada wartawan, kemarin.
“Kalo dengar Ai dan JA tiap pagi jalan torang rasa lelah. Mar dapa liat mereka enjoy. Menurut saya ini hal yang wajar dalam pertempuran Pilkada kalo Ai pilih blusukan, dia berupaya,. Ini yang efektif dari pada warga yang datang ke kandidat, warga yang lelah kandidat nyaman,”sambungnya lagi.
Sumual menilai, blusukan menjadi sangat populer setelah dipakai oleh Jokowi, Presiden RI.
Tapi sebenarnya jauh sebelum gaya ini sudah dilakukan Ai Mangindaan saat menjabat Wakil Walikota Manado sejak tahun 2010. Diceritakan, hal yang sama juga sudah dilakukan ayahnya, EE Mangindaan saat menjadi Gubernur Sulawesi Utara pada tahun 1995-2000.
“Yang dilakukan Ai Mangindaan karena dia memahami bahwa demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat dan melalui cara itu dia memahami persoalan rakyat. Selain itu dia bisa memahami kepentingan publik,”ujarnya.
“Dengan mendengarkan suara rakyat dia bisa melayani kepentingan umum,” katanya lagi. (ads)