Manado — Kegemaran sebagian warga Sulawesi Utara mengkonsumsi daging anjing dan kucing mendapat kritikan pedas dari para pecinta dua hewan ini.
Animal Friends Manado Indonesia (AFMI) dan aktivis asal Belanda Anika van Leeuwen dan Kees van Hal sampai menyambangi Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) untuk bertemu dengan Gubernur Olly Dondokambey yang sedang mengikuti rapat paripurna, Jumat (16/8/2019) kemarin.
Sayangnya, karena waktu yang kurang tepat, pertemuan tersebut belum bisa terlaksana, padahal AFMI, Anika dan Kees membawa petisi 250 ribu tandatangan dari seluruh dunia untuk melarang konsumsi anjing dan kucing.
Anika menjelaskan, masyarakat Sulut yang mereka tahu sangat menyenangkan, ramah dan manis, tapi kegemaran mengkonsumsi anjing dan kucing merupakan tradisi yang tidak baik dan itu harus diubah.
Sebagian warga Sulut pun diakuinya mendukung upaya yang dilakukan untuk mengajak masyarakat tidak lagi mengkonsumsi anjing dan kucing, seperti AFMI, tapi tak sedikit juga yang mempertanyakan tindakan mereka ini.
“Penting untuk bekerja bersama-sama, menggabungkan kekuatan agar ini makin berdampak besar,” ujar Anika.
Anika dan Kees yang saat ini sedang disibukkan dengan Diving Resort di Pulau Lembeh pun menyaksikan sendiri, bagaimana wisatawan asing sangat mengagumi keindahan alam di Sulut.
“Saat ke Tomohon, disana ada pegunungan dan bunga-bunga yang indah, makanan yang enak, tempat yang bagus untuk didatangi sebenarnya, lalu melihat itu di pasar. Anjing dipukuli sampai mati demi dikonsumsi manusia. Itu sangat aneh,” kata Anika.
Keanehan yang disebutkan Anika karena Indonesia termasuk Sulut memiliki hukum tentang perlindungan hewan, tapi saat melihat hal tersebut (pemukulan anjing di pasar), kebanyakan hanya membuang muka atau tidak mau tahu.
“Dengan hukum perlindungan hewan, harusnya bisa berlaku bagi anjing dan kucing. Tapi kenyataannya, mereka (anjing dan kucing) dipukul di kepala, dibakar, bahkan mereka itu dicuri dari rumah. Ini sangat aneh. Ayam dan Sapi juga dibunuh tapi tidak dengan cara yang sebrutal itu. Menghormati tradisi iya, tapi ada hukum yang secara tidak langsung dilanggar,” tegas Anika.
Kritikan ini terbilang pedas, meski Anika dan Kees mengkampanyekan dengan membawa bunga, tapi pesan yang disampaikan sangat dalam dan Anika berharap, semakin banyak orang yang mau bergabung dalam aksi ini dan mengajak semakin banyak orang untuk berhenti mengkonsumsi anjing dan kucing.
“Bagi manusia, anjing mungkin hanya bagian kecil dari hidup. Tapi bagi mereka (anjing), kita adalah dunianya,” tutup Anika.
(sri surya)