Manado – Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) dan Alumni TOT Lemhanas Manado bersama Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) menggelar Seminar Nasional. Dr Silverius Y. Soeharso yang menjadi pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema “Revolusi Mental Untuk Penguatan Semangat Kebangsaan” Selasa (8/11) di Aula Lantai Empat Rektorat Unsrat Manado meminta agar para dosen dalam proses belajar mengajarnya tidak menganggap diri paling benar.
Hal ini diungkapkan pada ratusan mahasiswa dan mahasiswi yang datang pada hari itu.
“Revolusi mental itu harus dimulai juga dari para tenaga pengajarnya, jangan hanya meminta para mahasiswanya yang berubah, ” jelas Silverius.
Saat ini, proses belajar mengajar seharusnya lebih seperti diskusi, dan bilamana ada perdebatan disana itu akan semakin baik.
“Kalah mahasiswa dan dosen saling berdebat maka itu akan sangat membantu, artinya seorang mahasiswa secara langsung punya respon yang baik terhadap Mata kulia itu. Jangan karena debat tersebut, terjadi kesalahpahaman yang berakhir pada penahanan nilai,” ungkap dia.
Seminar ini benar-benar menarik antusias mahasiswa, dari pantauan di lokasi bahkan ruangan yang disediakan terlihat penuh.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Dr Flora Kalalo SH MH mengaku sangat senang dengan banyaknya mahasiswa yang terlibat.
“Seminar ini dihadirkan untuk membuat para mahasiswa paham tentang revolusi mental, dan semangat kebangsaan. Agar nanti nilai-nilai kebangsaan tidak luntur dari benak mereka,” tandasnya. (risatsanger)
Manado – Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) dan Alumni TOT Lemhanas Manado bersama Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) menggelar Seminar Nasional. Dr Silverius Y. Soeharso yang menjadi pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema “Revolusi Mental Untuk Penguatan Semangat Kebangsaan” Selasa (8/11) di Aula Lantai Empat Rektorat Unsrat Manado meminta agar para dosen dalam proses belajar mengajarnya tidak menganggap diri paling benar.
Hal ini diungkapkan pada ratusan mahasiswa dan mahasiswi yang datang pada hari itu.
“Revolusi mental itu harus dimulai juga dari para tenaga pengajarnya, jangan hanya meminta para mahasiswanya yang berubah, ” jelas Silverius.
Saat ini, proses belajar mengajar seharusnya lebih seperti diskusi, dan bilamana ada perdebatan disana itu akan semakin baik.
“Kalah mahasiswa dan dosen saling berdebat maka itu akan sangat membantu, artinya seorang mahasiswa secara langsung punya respon yang baik terhadap Mata kulia itu. Jangan karena debat tersebut, terjadi kesalahpahaman yang berakhir pada penahanan nilai,” ungkap dia.
Seminar ini benar-benar menarik antusias mahasiswa, dari pantauan di lokasi bahkan ruangan yang disediakan terlihat penuh.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Dr Flora Kalalo SH MH mengaku sangat senang dengan banyaknya mahasiswa yang terlibat.
“Seminar ini dihadirkan untuk membuat para mahasiswa paham tentang revolusi mental, dan semangat kebangsaan. Agar nanti nilai-nilai kebangsaan tidak luntur dari benak mereka,” tandasnya. (risatsanger)