Manado, BeritaManado.com — Siapapun yang akan menjadi Presiden terpilih pada pemilu 14 Februari 2024, tentu warga negara Indonesia akan sangat diuntungkan.
Hal ini dikatakan Dosen Kepemiluan Fisip Unsrat, Ferry Daud Liando, Rabu (15/11/2023).
Sebab ketiga calon presiden saat ini, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo memiliki kelebihan masing-masing.
Paling tidak, kata dia, semuanya telah memiliki pengalaman kepemimpinan pemerintahan.
Satu hal lagi, tidak pernah berurusan dengan hukum karena korupsi dan masalah moral lainnya.
“Walau demikian, ketiganya tetap memiliki sisi lemah jika salah satu di antaranya terpilih sebagai presiden,” ungkap Ferry Liando.
Seperti Prabowo yang didukung oleh 4 parpol peraih kursi di DPR, yakni Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat.
Selain dukungan parpol parlemen, Prabowo juga di dukung oleh parpol-parpol non parlemen, seperti partai gelora dan PSI.
Jika Prabowo terpilih maka ia akan mengalami kesulitan dalam menyatukan berbagai kepentingan dari anggota parpol pendukungnya.
Sebab semakin banyak parpol pendukung, maka akan semakin banyak kepentingan.
Di sisi lain, tidak akan mungkin semua wacana kebijakan Prabowo mendapatkan dukungan dari semua parpol pendukungnya.
Walau sama-sama mendukung Prabowo, namun masing-masing Parpol punya visi politik yang berbeda dan pencapaian visi politik masing-masing parpol itu merupakan tanggung jawab masing-masing parpol pada konstituennya.
“Di awal pemerintahan, kemungkinan Prabowo akan kesulitan berbagi kursi menteri pada parpol-parpol pendukungnya,” katanya.
Sementara di sisi Ganjar, kesulitan yang kemungkinan besar akan dihadapinya adalah pasangannya sendiri sebagai capres.
Ganjar berpasangan dengan Prof Mahfud MD, di mana dari aspek intelektual dan pengalaman kepemimpinan, Prof Mahfud masih lebih menonjol ketimbang Ganjar.
Prof Mahfud adalah satu-satunya figur yang pernah menjabat tiga cabang kekuasaan secara utuh.
Di legislatif, beliau pernah menjadi anggota DPR RI.
Di yudikatif beliau pernah menjadi Ketua MK.
Di Eksekutif beliau pernah jadi menteri di dua presiden, yakni saat Presiden Gus Dur (Abdurrahman Wahid) dan Presiden Jokowi (Joko Widodo).
Mahfud juga menguasai pengetahuan keagamaan dan intelektual hukum secara sempurna.
Pada saat ditetapkan sebagai cawapres, Prof Mahfud menyatakan akan menggunakan segala pikiran dan pengetahuannya jika akan terpilih.
Ganjar berpotensi tidak akan leluasa menyesuaikan dengan gaya kepemimpinan Prof Mahfud.
“Bisa jadi, ini akan ada semacam dua matahari dalam kepemimpinan pemerintahan,” ujarnya.
Fenomena semacam ini, kata dia, pernah dialami SBY dengan Jusuf Kalla.
Akibatnya SBY tidak melanjutkan kepemimpinan bersama dengan pak Jusuf Kalla di jabatan periode kedua.
Sedangkan untuk Anies, Ferry menyebut, bukanlah kader parpol, apalagi ketua parpol.
Kesulitannya adalah tidak semua apa yang ia janjikan saat kampanye akan benar dibuktikannya pada saat berkuasa.
Sebab keinginannya itu harus mendapat restu dari parpol yang mengusungnya terutama Nasdem.
Sehingga kemungkinan besar apa yang bisa dilakukan Anies ketika berkuasa adalah proposal politik dari parpol yang mengusungnya.
“Kecerdasan yang Anies miliki akan kalah dengan kepentingan pragmatis parpol yang mendukungnya,” tandas Ferry.
Dari sisi-sisi kelemahan di atas, kata Ferry, ketiganya memiliki tipologi yang sama, yakni sama-sama sebagai penguasa boneka.
“Ketiganya tidak akan bebas karena diduga hanya akan merepresentasikan kepentingan Joko Widodo, Megawati Soekarnoputri, dan Surya Paloh ketika akan berkuasa,” pungkas Dosen Fisip Unsrat ini.
(***/jenly)