Jakarta – Kontribusi PT. Gunung Mas Agro Lestari (GMAL) ternyata tak hanya di beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Utara seperti Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara. Saat ini, PT. GMAL turut menjadi bagian dari pihak yang memperjuangkan terwujudnya Nawa Cita Petani Indonesia.
Rabu (25/5/2016) kemarin Komisaris Utama Agustine Ngodiman SE dan Direktur Utama PT. GMAL Ir Pieter Tangka menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Menurut Pieter, petani swadaya dapat memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Namun hal itu masih menemui sejumlah kendala dalam mempertahankan apalagi meningkatkan produktivitas serta kwalitas hasil pertanian.
Inovasi rantai nilai bagi sektor agrobisnis dinilai merupakan sebuah skema yang bermanfaat bagi petani dan dapat memberikan nilai tambah. PT. GMAL sendiri dalam hal ini sudah melakukannya dengan menerapkan pemberian biaya hidup petani selama menunggu masa panen (Cost of Living).
Dijelaskan Pieter bahwa skema tersebut adalah bagian dari program kemitraan PT. GMAL yang diusung dengan tema “Bina Mitra Petani Kawasan”. Program tersebut memberikan dukungan pada infrastruktur pertanian lewat penyediaan bibit dan pupuk berkwalitas, pendampingan dan disiplin implementasi praktek budidaya.
Tak hanya itu, membuka akses dengan pihak perbankan juga jadi bagian dari perjuangan untuk mensejahterakan petani. Kemudian melalui sebuah kerja sama yang baik, PT. GMAL juga berhasil menggandeng pemerintah untuk memberikan bantuan sertifikasi lahan milik petani secara gratis. Pola pendampingan yang dilakukan sudah sejak tahun 2013 silam.
“Seperti orangtua asuh, PT. GMAL dan para petani saling bekerja sama. Dampaknya sangat terasa, sehingga ada kemudahan jaminan untuk akses perbankannya. Dengan demikian ada perlindungan, karena binaan dan jaminan Avalis dari perusahaan ini. Uji coba implementasi finansial telah berhasil dilakukan untuk komoditi hortikultura Cabe dan Bawang Merah,” jelas Pieter.
Ditambahkannya, bahwa inovasi pertanian tersebut pada prinsipnya adalah membangun sinergitas dan sinkronisasi untuk kepentingan pertanian dari hulu hingga hilir. Sasaran utamanya adalah meningkatkan produktivitas shingga pendapatan para petani juga bisa terdongkrak. Hanum harus diakui, bahwa kendala terbesar adalah permodalan.
“Akses petani terhadap permodalan sudah saatnya diperlebar. Sepantasnya kita berterima kasih kepada pemerintah yang sudah mengembangkan Kredit Usaha rakyat (KUR). Meskipun demikian, skema-skema pembiayaan lainnya juga perlu untuk terus dikembangkan, sehingga semakin terbuka akses petani untuk mendapatkan pembiayaan usaha,” tutunya. (frangkiwullur)
Jakarta – Kontribusi PT. Gunung Mas Agro Lestari (GMAL) ternyata tak hanya di beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Utara seperti Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara. Saat ini, PT. GMAL turut menjadi bagian dari pihak yang memperjuangkan terwujudnya Nawa Cita Petani Indonesia.
Rabu (25/5/2016) kemarin Komisaris Utama Agustine Ngodiman SE dan Direktur Utama PT. GMAL Ir Pieter Tangka menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Menurut Pieter, petani swadaya dapat memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Namun hal itu masih menemui sejumlah kendala dalam mempertahankan apalagi meningkatkan produktivitas serta kwalitas hasil pertanian.
Inovasi rantai nilai bagi sektor agrobisnis dinilai merupakan sebuah skema yang bermanfaat bagi petani dan dapat memberikan nilai tambah. PT. GMAL sendiri dalam hal ini sudah melakukannya dengan menerapkan pemberian biaya hidup petani selama menunggu masa panen (Cost of Living).
Dijelaskan Pieter bahwa skema tersebut adalah bagian dari program kemitraan PT. GMAL yang diusung dengan tema “Bina Mitra Petani Kawasan”. Program tersebut memberikan dukungan pada infrastruktur pertanian lewat penyediaan bibit dan pupuk berkwalitas, pendampingan dan disiplin implementasi praktek budidaya.
Tak hanya itu, membuka akses dengan pihak perbankan juga jadi bagian dari perjuangan untuk mensejahterakan petani. Kemudian melalui sebuah kerja sama yang baik, PT. GMAL juga berhasil menggandeng pemerintah untuk memberikan bantuan sertifikasi lahan milik petani secara gratis. Pola pendampingan yang dilakukan sudah sejak tahun 2013 silam.
“Seperti orangtua asuh, PT. GMAL dan para petani saling bekerja sama. Dampaknya sangat terasa, sehingga ada kemudahan jaminan untuk akses perbankannya. Dengan demikian ada perlindungan, karena binaan dan jaminan Avalis dari perusahaan ini. Uji coba implementasi finansial telah berhasil dilakukan untuk komoditi hortikultura Cabe dan Bawang Merah,” jelas Pieter.
Ditambahkannya, bahwa inovasi pertanian tersebut pada prinsipnya adalah membangun sinergitas dan sinkronisasi untuk kepentingan pertanian dari hulu hingga hilir. Sasaran utamanya adalah meningkatkan produktivitas shingga pendapatan para petani juga bisa terdongkrak. Hanum harus diakui, bahwa kendala terbesar adalah permodalan.
“Akses petani terhadap permodalan sudah saatnya diperlebar. Sepantasnya kita berterima kasih kepada pemerintah yang sudah mengembangkan Kredit Usaha rakyat (KUR). Meskipun demikian, skema-skema pembiayaan lainnya juga perlu untuk terus dikembangkan, sehingga semakin terbuka akses petani untuk mendapatkan pembiayaan usaha,” tutunya. (frangkiwullur)