Kotamobagu – Prihatin dengan kondisi sekolahnya, alumni SMK Dumoga yang dulu bernama SMTP (Sekolah Menengah Teknologi Pertanian) Dumoga yang berada di dataran Mokintob mengadakan reuni.
“Kami memang cukup prihatin dengan keberadaan sekolah, terutama fasilitas-fasilitasnya yang bukan lagi tak sekedar tak terawat tapi sudah dikuasai semak belukar. Karena itu, kami berencana mengadakan reuni untuk mengumpulkan kawan-kawan alumni yang tersebar khususnya di Sulawesi Utara,” kata Ketua Panitia, Harliawan Korompot yang didampingi Hery Abudi.
Hery Abudi mengatakan reuni akan diadakan pada 23 Februari 2013 bertempat di Lembah Bening Resto, selain mengundang para alumni dan guru, juga akan menundang pengambil kebijakan. “Kami mengundang KadisDiknas Bolmong sebagai institusi yang membawahi sekolah dan Kepala BP4K Bolmong yang paling banyak menggunakan tenaga kerja keluaran Mokintob,” ujar Hery.
Sebelum acara reuni, rencananya akan diadakan bakti social pada 21 Februari 2013 yang diantaranya donor darah. Mokintob adalah wilayah di lembah gunung yang bisa melalui Dumoga (Kembang Merta) atau Imandi (Tambun). Pada penghujung 1980-an, di lembah berbatu ini telah didirikan sekolah megah dengan nama yang cukup mentereng : Sekolah Menengah Teknologi Pertanian yang disingkat SMTP.
Sekolah ini memang sekolah dengan teknologi canggih pada masa itu, laboratorium mempunyai peralatan yang lengkap, di kandang didatangkan jenis ternak dari luar negeri, punya mesin—traktor pertama untuk sekolah berada di tempat ini. Berdiri di atas lahan se luas 30 hektar, di atasnya dibangun bangunan-bangunan modern yang jelas berteknologi modern, juga asrama-asrama untuk siswa serta guru. Tanah berbatu tak menjadi penghalang, bahkan menjadi lahan belajar yang baik sehingga para siswa bisa lebih mudah menghadapi lahan yang lebih subur. Guru-guru yang sebagian besar tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) telah merubah tantangan lahan itu menjadi peluang.
Pada masa itu Mokintob cukup mempunyai nama walau berada di tengah hutan. Fasilitas yang ada di dalamnya membuat sekolah ini seperti Kota di tengah hutan. Siswanya berasal dari sepanjang semenanjung Sulawesi karena sekolah semacam ini khusus untuk Indonesia Timur hanya ada di Mokintob dan di Ternate.
Karena perkembangan pesat yang ada di Mokintob maka daerah lain meminta agar diadakan kelas jauh di wilayahnya, contohnya SMK Pertanian Gorontalo. Sebagai kelas jauh, SMK Pertanian Gorontalo saat ini berkembang luar biasa pesat. Sayangnya induknya, SMT Pertanian Dumoga malah dikuasai semak belukar. SMTP Dumoga yang sekarang sudah dirubah menjadi SMK Dumoga sudah tak seperti Mokintob dulu. Saat ini, sekolah ini telah dikepung oleh semak belukar. (zmi)
Kotamobagu – Prihatin dengan kondisi sekolahnya, alumni SMK Dumoga yang dulu bernama SMTP (Sekolah Menengah Teknologi Pertanian) Dumoga yang berada di dataran Mokintob mengadakan reuni.
“Kami memang cukup prihatin dengan keberadaan sekolah, terutama fasilitas-fasilitasnya yang bukan lagi tak sekedar tak terawat tapi sudah dikuasai semak belukar. Karena itu, kami berencana mengadakan reuni untuk mengumpulkan kawan-kawan alumni yang tersebar khususnya di Sulawesi Utara,” kata Ketua Panitia, Harliawan Korompot yang didampingi Hery Abudi.
Hery Abudi mengatakan reuni akan diadakan pada 23 Februari 2013 bertempat di Lembah Bening Resto, selain mengundang para alumni dan guru, juga akan menundang pengambil kebijakan. “Kami mengundang KadisDiknas Bolmong sebagai institusi yang membawahi sekolah dan Kepala BP4K Bolmong yang paling banyak menggunakan tenaga kerja keluaran Mokintob,” ujar Hery.
Sebelum acara reuni, rencananya akan diadakan bakti social pada 21 Februari 2013 yang diantaranya donor darah. Mokintob adalah wilayah di lembah gunung yang bisa melalui Dumoga (Kembang Merta) atau Imandi (Tambun). Pada penghujung 1980-an, di lembah berbatu ini telah didirikan sekolah megah dengan nama yang cukup mentereng : Sekolah Menengah Teknologi Pertanian yang disingkat SMTP.
Sekolah ini memang sekolah dengan teknologi canggih pada masa itu, laboratorium mempunyai peralatan yang lengkap, di kandang didatangkan jenis ternak dari luar negeri, punya mesin—traktor pertama untuk sekolah berada di tempat ini. Berdiri di atas lahan se luas 30 hektar, di atasnya dibangun bangunan-bangunan modern yang jelas berteknologi modern, juga asrama-asrama untuk siswa serta guru. Tanah berbatu tak menjadi penghalang, bahkan menjadi lahan belajar yang baik sehingga para siswa bisa lebih mudah menghadapi lahan yang lebih subur. Guru-guru yang sebagian besar tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) telah merubah tantangan lahan itu menjadi peluang.
Pada masa itu Mokintob cukup mempunyai nama walau berada di tengah hutan. Fasilitas yang ada di dalamnya membuat sekolah ini seperti Kota di tengah hutan. Siswanya berasal dari sepanjang semenanjung Sulawesi karena sekolah semacam ini khusus untuk Indonesia Timur hanya ada di Mokintob dan di Ternate.
Karena perkembangan pesat yang ada di Mokintob maka daerah lain meminta agar diadakan kelas jauh di wilayahnya, contohnya SMK Pertanian Gorontalo. Sebagai kelas jauh, SMK Pertanian Gorontalo saat ini berkembang luar biasa pesat. Sayangnya induknya, SMT Pertanian Dumoga malah dikuasai semak belukar. SMTP Dumoga yang sekarang sudah dirubah menjadi SMK Dumoga sudah tak seperti Mokintob dulu. Saat ini, sekolah ini telah dikepung oleh semak belukar. (zmi)