Aiptu Pondaag ketika menenangkan warga Masata
Bitung – Proses eksekusi warga Masata diwarnai dengan sejumalah rasa haru yang menggugah rasa kemanusian.
Tangisan anak-anak dan ibu-ibu mengiringi satu persatu rumah mereka dirobohkan menggunakan alat berat. Anak-anak begitu erat memeluk orang tua mereka sambil menangis saat deru mesin alat berat mendekati pemukiman satu per satu.
Rasa haru itu rupanya juga dirasakan sejumlah petugas kepolisian saat menghalau warga ketika mencoba menghadang alat berat. Bahkan, dihadapan warga Masata, anggota polisi ini tak mampu membendung air matanya melihat upaya warga mempertahankan rumah mereka agar tidak dibongkar.
Dari penelusuran, anggota polisi itu bernama Aiptu Pondaag yang sehari-hari bertugas di jajaran Polres Bitung. Ia begitu terharu melihat aksi anak-anak dan ibu-ibu yang membuat blokade di pintu masuk pemukiman Masata.
“Kasihan dorang,” katanya sambil menyeka air matanya.
Air mata Aiptu Pondaag kembali tercurah saat alat berat mulai meratakan sejumlah rumah milik warga Masata. Ia coba menenangkan sejumlah ibu-ibu yang histeris menangis menyaksikan rumah mereka rata dengan tanah.
Tak hanya anggota polisi itu yang terlihat menangis menghadapi warga Masata, namun sejumlah anggota Satpol PP Pemkot Bitung yang berada di barisan depan membongkar blokade warga juga terlihat menangis.
“Hati kecil kami sebenarnya tidak tega, tapi apa mau dikata. Kami hanya bawahan yang mengikuti perintah atasan,” kata salah satu anggota Satpol PP dengan mata berkaca-kaca.(abinenobm)
Baca juga:
- Warga Masata Berteriak Cari Anggota DPRD
- LBH Sebut Terjadi Pelanggaran HAM Berat di Eksekusi Masata
- Tangisan Pecah di Pemukiman Masata
- Menunggu Dieksekusi,Warga Masata Nyanyikan Indonesia Raya dan Lagu Rohan
- Masata Sebut Kata-kata Soni Sumarsono Tak Bisa Dipegang
- Penggusuran Masata, Soni Sumarsono Jangan Ingkar Janji