Manado, BeritaManado.com – Harga cabe dan bawang di Sulawesi Utara (Sulut) disebut lebih rendah ketimbang wilayah lain di Sulawesi bahkan Pulau Jawa.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Ronny Erungan, menjelaskan sebagian besar komoditas cabe yang disuplai ke Sulut berasal dari Sulawesi Tengah dan Jawa Timur.
Memang, kata Ronny, Sulut punya produksi lokal namun menurun karena serangan hama.
Kondisi ini membuat panen cabe menjadi lebih sedikit dan menurun jauh.
“Jadi sebagian besar cabe datang dari luar wilayah,” kata Ronny Erungan kepada BeritaManado.com, Kamis (21/7/2022).
Menurut Ronny, harga pembelian di tingkat petani tidak boleh turun.
Karena itu mengancam ketersediaan stok cabe di Sulut.
Pemerintah, kata Ronny, juga tidak bisa melakukan operasi pasar sebab bakal membuat harga turun dan berimbas pembelian kepada petani menjadi lebih murah.
“Nah, kalau harga beli ke petani rendah, mereka tidak mau kirim cabe ke Sulut. Pasti dijual ke daerah yang mau beli mahal. Jika begitu, harga akan semakin mahal karena stok menipis,” jelas Ronny.
Sejauh ini, kata Ronny, petani puas dengan harga beli.
Ia pun membantah jika harga cabe sekarang akibat permainan pedagang.
“Tak ada disparitas harga. Kami sudah cek, semua normal,” tegasnya.
Begitu juga, tambah Ronny, dengan penjualan bawang merah.
Harga terendah hanya berada di Kabupaten Bima yang merupakan daerah penghasil utama dengan kisaran Rp40 ribu per kilogram.
Konsumen di Sulut cenderung menyukai produk luar karena kualitasnya tahan lama.
“Sebenarnya kita punya bawang merah dari wilayah sendiri, namun kadar airnya masih tinggi. Ini lebih cepat berjamur ketimbang dan kurang diminati pembeli,” tandasnya.
(Alfrits Semen)