AMURANG – Bukan saja masyarakat yang mengeluhkan pelayanan PLN cabang Amurang, anggota DPRD Minahasa Selatan (Minsel) pun angkat bicara soal pelayanan PLN yang dianggap diskriminatif. Tanpa ada alasan yang jelas bebebrapa bulan terkahir ini, pembayaran rekening listrik membengkak, bahkan sampai 400 persen. Bayangkan kerugian yang dialami konsumen.
“Kira hanya rekening saya yang membengkak, tahu-tahunya hamper sebagian masyarakat yang mengalami hal yang sama, dimana sejak Oktober biaya rekening mereka meningkat signifikan,” tukas Butje Aseng anggota DPRD Minsel ini.
Ketua Fraksi Demokrat ini menuturkan, saat dirinya ingin mengeluhkan hal diatas kepada pihak PLN, namun saat di kantor PLN so banyak konsumen yang mengeluhkan hal yang sama, karena mereka tahu saya seorang anggota DPRD maka, mereka pun langsnung mengeluhkan langsung kepada saya, padahal hal yang sama yang ingin saya tanyakan ke kepala PLN, namun sayangnya, setelah menunggu berjam-jam orang yang ingin ditemui tak kunjung kelihatan batang hidungnya, ketus Aseng.
Lanjut dia, dengan nada kesal mengatakan, biasanya saya membayar rekening listrik sebesar Rp 300 ribu, namun belakangan ini so Rp 900 ribu. Begitupulah sala satu warga Ranomea Kris Poli mengaku hal yang sama, sebab sudah semenjak lima bulan terkahir dirinya membayar lebih yakni sebelumnya Rp 70-80 ribu namun terus mengalami kenaikan hingga terkahir diketahui naik signifikan sebesar Rp 423 ribu, “Padahal selama itu pemakaian listrik tidak jauh berbeda, sama saja. Sebab kami juga tidak ada tambahan usaha-usaha industry,” keluh mereka, sambil menduga terjadi pencatat meter fiktif.
Tidak jauh berbeda dikeluhkan ibu rumah tangga asal Uwuran, Novi Rumenganm engatakan biasanya dirinya hanya membayar rekening listrik senilai Rp 11 ribu, tapi kini sampai 97 ribu, “Kita rekeng so hemat skali mar ternyata bayar lebe mahal,” ketusnya.
Sementara itu, Kepala PLN Cabang Amurang Marlon Hutabarat ketika dikonfirmasi, Senin (19/12) mengatakan, pihaknya mengakui ada sedikit kesalahan pada saat entri data dari pencatat meter ke system, Nah kemungkinan besarnya ke sisitemnya yang salah. Meski begitu tidak semua, hanya sebagian kecil saja. Sedangkan pencatat meter pada umumnya baik tidak terjadi kekeliruan, jawabnya.
“Kami mintakan kepada konsumen agar melaporkan kepada kami jika terjadi hal seperti diatas, pihaknya akan memperbaikinya. Pasti aka nada perbaikan, jadi mohon domaklumi,” elaknya. (ape)
AMURANG – Bukan saja masyarakat yang mengeluhkan pelayanan PLN cabang Amurang, anggota DPRD Minahasa Selatan (Minsel) pun angkat bicara soal pelayanan PLN yang dianggap diskriminatif. Tanpa ada alasan yang jelas bebebrapa bulan terkahir ini, pembayaran rekening listrik membengkak, bahkan sampai 400 persen. Bayangkan kerugian yang dialami konsumen.
“Kira hanya rekening saya yang membengkak, tahu-tahunya hamper sebagian masyarakat yang mengalami hal yang sama, dimana sejak Oktober biaya rekening mereka meningkat signifikan,” tukas Butje Aseng anggota DPRD Minsel ini.
Ketua Fraksi Demokrat ini menuturkan, saat dirinya ingin mengeluhkan hal diatas kepada pihak PLN, namun saat di kantor PLN so banyak konsumen yang mengeluhkan hal yang sama, karena mereka tahu saya seorang anggota DPRD maka, mereka pun langsnung mengeluhkan langsung kepada saya, padahal hal yang sama yang ingin saya tanyakan ke kepala PLN, namun sayangnya, setelah menunggu berjam-jam orang yang ingin ditemui tak kunjung kelihatan batang hidungnya, ketus Aseng.
Lanjut dia, dengan nada kesal mengatakan, biasanya saya membayar rekening listrik sebesar Rp 300 ribu, namun belakangan ini so Rp 900 ribu. Begitupulah sala satu warga Ranomea Kris Poli mengaku hal yang sama, sebab sudah semenjak lima bulan terkahir dirinya membayar lebih yakni sebelumnya Rp 70-80 ribu namun terus mengalami kenaikan hingga terkahir diketahui naik signifikan sebesar Rp 423 ribu, “Padahal selama itu pemakaian listrik tidak jauh berbeda, sama saja. Sebab kami juga tidak ada tambahan usaha-usaha industry,” keluh mereka, sambil menduga terjadi pencatat meter fiktif.
Tidak jauh berbeda dikeluhkan ibu rumah tangga asal Uwuran, Novi Rumenganm engatakan biasanya dirinya hanya membayar rekening listrik senilai Rp 11 ribu, tapi kini sampai 97 ribu, “Kita rekeng so hemat skali mar ternyata bayar lebe mahal,” ketusnya.
Sementara itu, Kepala PLN Cabang Amurang Marlon Hutabarat ketika dikonfirmasi, Senin (19/12) mengatakan, pihaknya mengakui ada sedikit kesalahan pada saat entri data dari pencatat meter ke system, Nah kemungkinan besarnya ke sisitemnya yang salah. Meski begitu tidak semua, hanya sebagian kecil saja. Sedangkan pencatat meter pada umumnya baik tidak terjadi kekeliruan, jawabnya.
“Kami mintakan kepada konsumen agar melaporkan kepada kami jika terjadi hal seperti diatas, pihaknya akan memperbaikinya. Pasti aka nada perbaikan, jadi mohon domaklumi,” elaknya. (ape)