Manado, BeritaManado.com — Bagi seorang atlit olahraga profesional, melakukan flashback ke masa lalu tentang seperti apa perjalanan karir olahraga sepertinya sudah biasa dilakukan.
Akan tetapi jika hal itu dilakukan untuk mengingat masa kecil sang atlit, itu menjadi sesuatu yang unik dan bisa menjadi warna tersendiri bagi perjalanan kehidupannya.
Seperti yang dilakukan atlit terjun payung profesional Sulawesi Utara Pingkan Mandagi bersama almarhum adiknya Petra Mandagi pada kenangan sekitar 36 tahun silam yang terjadi di Desa Kaayuran Atas Kecamatan Langowan Selatan saat ini.
Pada akun facebook miliknya, Pingkan Mandagi memposting foto masa kecilnya bersama Petra Mandagi dan sepupuh Abby Rai Chrisna Mandagi yang kini telah menjadi seorang artis terkenal dan bergabung dengan sebuah grup band rockalternatif The Temper Trap asal Jerman sebagai vokalis dan gitaris.
Dalam foto tersebut, Pingkan bersama Petra dan Abby atau lebih dikenal dengan panggilan Dougy Mandagi itu mengambil latar belakang pemandangan Gunung Kawatak dan sebuah bangunan di perkebunan yang dibeli sang kakek sekitar akhir tahun 1970-an.
“Setiap kali akhir pekan, saya bersama Petra dan anggota keluatga lainnya pasti berada disana untuk bermain-main. Rencana dari kakek waktu itu akan menjadikan perkebunan seluas kurang lebih 32 hektar itu sebagai tempat peternakan sapi perah, tetapi tidak jadi. Kami hanya berkebun menanam aneka jenis sayuran yang biasa didistribusikan ke supermarkat di tahun 1980-an seperti Jumbo, Golden dan Jameson,” tutur Pingkan Mandagi.
Ditambahkannya, sekitar tiga bulan yang lalu, dirinya menyempatkan diri mengunjungi perkebunan itu yang saat ini sudah menjadi milik Keluarga Sarundajang (mantan Gubernur Sulut) dan berjumpa dengan sang penjaga bernama Yehezkiel asal Timor.
“Kalau melihat foto ini, saya seperti bernostalgia dengan almarhum adik saya Petra Mandagi, karena kami berdua sering mendaki Gunung Kawatak yang berada tepat di belakang Desa Kaayuran Atas ini. Memang kalau mengingatkan masa kecil yang punya segudang cita-cita terkadang tidak selaras dengan pekerjaan kita saat ini. Akan tetapi hal itu memberikan pelajaran bahwa jalan hidup manusis ada di tangan Tuhan. Sebesar apapun impian kita sejak kecil, pada akhirnya Tuhan yang akan menentukan jalan hidup saat ini,” ucap Pingkan.
(Frangki Wullur)