AMURANG—Musim kemarau masih berkepanjangan di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Bahkan, kapan akan berakhirnya belum ada yang tahu. Namun demikian, kebakaran hutan dan perkebunan marak di sejumlah kecamatan. Tak pelak, banyak warga merasa kalau ini disengaja oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Merasa hal diatas telah merugikan, mereka menyebut para pembakar hutan dan perkebunan adalah langkah biadab.
Dari amatan wartawan situs ini, sejak beberapa pekan terakhir pegunungan di Kecamatan Amurang, Tatapaan, Tareran, Amurang Barat dan Sinonsayang hangus terbakar. Bahkan, banyak tanaman diantaranya pohon kelapa, pisang dan lain sebagainya ikut terbakar. Tak hanya hutan yang terancam, tetapi rumah tinggal warga disekitar area pegunungan nyaris terbakar. Ada ratusan hektar yang habis terbakar oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab tersebut.
Pemkabaran hutan dan perkebunan dipicu apakah dengan sengaja atau ingin mengacaukan situasi. Buktinya, kebakaran hutan paling besar terjadi Selasa (27/09) di kepolisian Kelurahan Buyungon dan Bitung Kecamatan Amurang. Tak heran, banyak pemilik perkebunan langsung turun dan mengamankan situasi. Bagaimana tidak, mereka merasa takut dengan apa yang terjadi.
Disamping itu, kebakaran hutan belakangan ini tak bisa ditolelir. Disatu sisi, tak ada penyelamatan terpadu melalui instansi terkait. Salah satu contoh, tak berfungsinya mobil pemadam kebakaran milik Pemkab Minsel. Padahal, ada dua unit. Keberadaan mobil pemadam kebakaran di Minsel pun jadi tanda tanya warga. Sebab, bukan hanya soal kebakaran hutan semata-mata yang harus dilihat. Tetapi, peristiwa kebakaran rumah pun menjadi dilema bersama.
Selain itu, masalah pengamanan belum menjamin 100 persen. Pasalnya, oknum-oknum pembakar hutan belum ada yang tertangkap. Kecuali itu, petugas seperti Hansip, Satpol PP dan kepolisian tak berkutik menindaknya. Kecuali lagi, hukum ala warga akan bertindak tegas. Termasuk, bila mereka mengetahui siapa oknum pembakar otomatis oknum tersebut akan dapat hukuman.
HukumTua Desa Kimometer Tiga Kecamatan Amurang Nontje Tambingon ketika dikonfirmasi membenarkan kebakaran hutan. ‘’Benar, beberapa hari terakhir di Desa yang dipimpinnya terjadi kebakaran hutan.bahkan, kebakaran Selasa (27/09) kemarin adalah yang terbesar. Saya kaget dengan peristiwa diatas. Lebih miris lagi, kebun miliknya yang ada puluhan hektar ludes terbakar. Banyak sekali tanaman termasuk pohon kelapa ikut terbakar,’’ ujar Tambingon.
Menurut Tambingon, melihat kebakaran hutan di KM3 tersebut, pihaknya langsung mengarahkan warga untuk memadamkannya. Termasuk, lakukan penyalamatan bersama terhadap kepemilikan rumah yang ada dipingir pegunungan. ‘’Terlebih dulu, amankan rumah-rumah yang ada. Diakuinya, bahwa rumah yang dekat dengan titik api di desanya banyak sekali. Pemilik pun merasa gusar dengan tidak ada antisipasi mobil pemadaman kebakaran,’’ ucap mantan PNS Dinas Kesehatan Minsel ini.
Sementara itu, pemerhati pembangunan Minsel James Kaligis menyebut, pelaku-pelaku pembakar hutan di Amurang dan sekitarnya adalah oknum biadab. ‘’Mereka-mereka (oknum,red) adalah biadab. Harus ditangkap mereka. Dan minta mereka mempertanggungjawabkan perbuatannya,’’ ungkap Kaligis. (ape)
AMURANG—Musim kemarau masih berkepanjangan di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Bahkan, kapan akan berakhirnya belum ada yang tahu. Namun demikian, kebakaran hutan dan perkebunan marak di sejumlah kecamatan. Tak pelak, banyak warga merasa kalau ini disengaja oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Merasa hal diatas telah merugikan, mereka menyebut para pembakar hutan dan perkebunan adalah langkah biadab.
Dari amatan wartawan situs ini, sejak beberapa pekan terakhir pegunungan di Kecamatan Amurang, Tatapaan, Tareran, Amurang Barat dan Sinonsayang hangus terbakar. Bahkan, banyak tanaman diantaranya pohon kelapa, pisang dan lain sebagainya ikut terbakar. Tak hanya hutan yang terancam, tetapi rumah tinggal warga disekitar area pegunungan nyaris terbakar. Ada ratusan hektar yang habis terbakar oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab tersebut.
Pemkabaran hutan dan perkebunan dipicu apakah dengan sengaja atau ingin mengacaukan situasi. Buktinya, kebakaran hutan paling besar terjadi Selasa (27/09) di kepolisian Kelurahan Buyungon dan Bitung Kecamatan Amurang. Tak heran, banyak pemilik perkebunan langsung turun dan mengamankan situasi. Bagaimana tidak, mereka merasa takut dengan apa yang terjadi.
Disamping itu, kebakaran hutan belakangan ini tak bisa ditolelir. Disatu sisi, tak ada penyelamatan terpadu melalui instansi terkait. Salah satu contoh, tak berfungsinya mobil pemadam kebakaran milik Pemkab Minsel. Padahal, ada dua unit. Keberadaan mobil pemadam kebakaran di Minsel pun jadi tanda tanya warga. Sebab, bukan hanya soal kebakaran hutan semata-mata yang harus dilihat. Tetapi, peristiwa kebakaran rumah pun menjadi dilema bersama.
Selain itu, masalah pengamanan belum menjamin 100 persen. Pasalnya, oknum-oknum pembakar hutan belum ada yang tertangkap. Kecuali itu, petugas seperti Hansip, Satpol PP dan kepolisian tak berkutik menindaknya. Kecuali lagi, hukum ala warga akan bertindak tegas. Termasuk, bila mereka mengetahui siapa oknum pembakar otomatis oknum tersebut akan dapat hukuman.
HukumTua Desa Kimometer Tiga Kecamatan Amurang Nontje Tambingon ketika dikonfirmasi membenarkan kebakaran hutan. ‘’Benar, beberapa hari terakhir di Desa yang dipimpinnya terjadi kebakaran hutan.bahkan, kebakaran Selasa (27/09) kemarin adalah yang terbesar. Saya kaget dengan peristiwa diatas. Lebih miris lagi, kebun miliknya yang ada puluhan hektar ludes terbakar. Banyak sekali tanaman termasuk pohon kelapa ikut terbakar,’’ ujar Tambingon.
Menurut Tambingon, melihat kebakaran hutan di KM3 tersebut, pihaknya langsung mengarahkan warga untuk memadamkannya. Termasuk, lakukan penyalamatan bersama terhadap kepemilikan rumah yang ada dipingir pegunungan. ‘’Terlebih dulu, amankan rumah-rumah yang ada. Diakuinya, bahwa rumah yang dekat dengan titik api di desanya banyak sekali. Pemilik pun merasa gusar dengan tidak ada antisipasi mobil pemadaman kebakaran,’’ ucap mantan PNS Dinas Kesehatan Minsel ini.
Sementara itu, pemerhati pembangunan Minsel James Kaligis menyebut, pelaku-pelaku pembakar hutan di Amurang dan sekitarnya adalah oknum biadab. ‘’Mereka-mereka (oknum,red) adalah biadab. Harus ditangkap mereka. Dan minta mereka mempertanggungjawabkan perbuatannya,’’ ungkap Kaligis. (ape)