Manado, BeritaManado.com – Pilkada Minahasa Tenggara (Mitra) nanti kemungkinan hanya diikuti satu pasangan calon yakni petahana bupati James Sumendap berpasangan dengan Jocke Legi.
Menurut Direktur Lembaga Independen Electoral Menagement End Constitution (E-MC) Sulawesi Utara, Johnny Alexander Suak, Pilkada hanya diikuti pasangan calon tunggal merupakan kemunduran berpolitik dan berdemokrasi mencerminkan partai politik (Parpol) di Mitra miskin kader.
“Fenomena ini menunjukkan bahwa partai politik belum mampu menyiapkan kadernya dalam mengikuti kontestasi politik di kabupaten Mitra. Demokrasi seperti ini tidak sehat, elite politik kita belum siap berkompetisi dan belum siap untuk kalah,” jelas Johnny Suak.
Lanjut komisioner Bawaslu Sulut periode lalu ini, kondisi tersebut justru tidak memberikan pendidikan politik yang baik untuk warga Minahasa Tenggara. Elite partai politik dinilai menunjukkan sifat pragmatis yang tidak siap kalah dalam kontestasi politik Pilkada.
“Dari sisi masyarakat, selama ini mungkin warga Minahasa Tenggara belum siap berpolitik dan masih melihat petahana sebagai yang terbaik. Ini menunjukkan bahwa ada keterbatasan akses warga untuk mendapatkan informasi yang berimbang,” terang Johnny Suak.
Ke depan menurut Johnny Suak, partai politik harus membuka akses-akses seperti sosialisasi dan promosi politik kepada masyarakat. Elemen yang didorong untuk sosialisasi partisipasi masyarakat selain parpol yaitu media lokal dan organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat harus bahu membahu.
“Fenomena calon tunggal di Pilkada Mitra adalah yang pertama kali dalam sejarah perhelatan Pilkada di Provinsi Sulawesi Utara. Ini membuktikan bahwa James Sumendap sang petahana sebagai aktor tunggal di Pilkada Mitra telah dapat mempengaruhi sebagian besar elit Parpol untuk mengusung dan mendukungnya.
“Tercermin 25 anggota dewan di Kabupaten Mitra tinggal 1 anggota dewan yaitu dari Partai Nasdem yang tidak mendukung. Sehingga menuru saya, calon petahana tersebut memang memiliki prestasi dan kinerja baik, dan petahana sebagai calon Bupati Mitra sangat mengakar pengaruhnya,” tandas Johnny Suak.
Namun fenomena Parpol di Mitra yang miskin kader ini, selain tidak sehat bagi demokrasi dan pendidikan politik warga Kabupaten Minahasa Tenggara. Partai politik telah gagal menciptakan dan mendidik calon pemimpin.
“Kontestasi politik bukan tentang persoalan menang atau kalah dalam suatu pertarungan, tapi bagaimana memberikan edukasi politik yang benar bagi masyarakat,” pungkas Johnny Suak.
(JerryPalohoon)
Manado, BeritaManado.com – Pilkada Minahasa Tenggara (Mitra) nanti kemungkinan hanya diikuti satu pasangan calon yakni petahana bupati James Sumendap berpasangan dengan Jocke Legi.
Menurut Direktur Lembaga Independen Electoral Menagement End Constitution (E-MC) Sulawesi Utara, Johnny Alexander Suak, Pilkada hanya diikuti pasangan calon tunggal merupakan kemunduran berpolitik dan berdemokrasi mencerminkan partai politik (Parpol) di Mitra miskin kader.
“Fenomena ini menunjukkan bahwa partai politik belum mampu menyiapkan kadernya dalam mengikuti kontestasi politik di kabupaten Mitra. Demokrasi seperti ini tidak sehat, elite politik kita belum siap berkompetisi dan belum siap untuk kalah,” jelas Johnny Suak.
Lanjut komisioner Bawaslu Sulut periode lalu ini, kondisi tersebut justru tidak memberikan pendidikan politik yang baik untuk warga Minahasa Tenggara. Elite partai politik dinilai menunjukkan sifat pragmatis yang tidak siap kalah dalam kontestasi politik Pilkada.
“Dari sisi masyarakat, selama ini mungkin warga Minahasa Tenggara belum siap berpolitik dan masih melihat petahana sebagai yang terbaik. Ini menunjukkan bahwa ada keterbatasan akses warga untuk mendapatkan informasi yang berimbang,” terang Johnny Suak.
Ke depan menurut Johnny Suak, partai politik harus membuka akses-akses seperti sosialisasi dan promosi politik kepada masyarakat. Elemen yang didorong untuk sosialisasi partisipasi masyarakat selain parpol yaitu media lokal dan organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat harus bahu membahu.
“Fenomena calon tunggal di Pilkada Mitra adalah yang pertama kali dalam sejarah perhelatan Pilkada di Provinsi Sulawesi Utara. Ini membuktikan bahwa James Sumendap sang petahana sebagai aktor tunggal di Pilkada Mitra telah dapat mempengaruhi sebagian besar elit Parpol untuk mengusung dan mendukungnya.
“Tercermin 25 anggota dewan di Kabupaten Mitra tinggal 1 anggota dewan yaitu dari Partai Nasdem yang tidak mendukung. Sehingga menuru saya, calon petahana tersebut memang memiliki prestasi dan kinerja baik, dan petahana sebagai calon Bupati Mitra sangat mengakar pengaruhnya,” tandas Johnny Suak.
Namun fenomena Parpol di Mitra yang miskin kader ini, selain tidak sehat bagi demokrasi dan pendidikan politik warga Kabupaten Minahasa Tenggara. Partai politik telah gagal menciptakan dan mendidik calon pemimpin.
“Kontestasi politik bukan tentang persoalan menang atau kalah dalam suatu pertarungan, tapi bagaimana memberikan edukasi politik yang benar bagi masyarakat,” pungkas Johnny Suak.
(JerryPalohoon)