Bitung, BeritaManado.com – Kalaks BPBD Kota Bitung, Fivy Kadeke menyatakan masyarakat hanya punya waktu 27 menit untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana tsunami di Kota Bitung.
Waktu itu kata Fivy, sesuai hasil simulasi numerik bahaya tsunami di Kota Bitung bersumber dari Halmahera Thrust.
Hal itu disampaikan Fivy saat membuka Diskusi Publik Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Tsunami Skala Kabupaten/Kota 2023 yang digelar BPBN yang digelar di Kantor BPBD Kota Bitung.
“Hasil simulasi numerik terhadap sumber Halmahera Thrust dengan magnitude gempa 8,1 Mw, menunjukkan bahwa prakiraan tinggi maksimum tsunami di Kota Bitung mencapai 5,4 meter dengan waktu tiba tsunami 27 menit,” kata Fivy.
Untuk itu kata Fivy, Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) bersama BNPB pada 2023 melakukan Kajian Rawan Bencana Tsunami Skala Kabupaten/Kota.
Kajian ini dilakukan di Wilayah Timur Indonesia di 10 Kabupaten/Kota. Dokumen ini juga dimaksudkan untuk merumuskan proses mitigasi tsunami menjadi lebih konseptual dan operasional sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya tsunami.
“Berdasarkan berbagai dokumen dan referensi yang ada, ditemukan catatan sejarah kejadian tsunami yang pernah terjadi di Kota Bitung, yaitu 2011, 2019 dan 2021 dengan status waspada serta di Desa Kema periode 1800an,” katanya.
Berkaitan dengan dokumen kajian resiko bencana tsunami, lanjut Fivy, kapasitas masyarakat Kota Bitung dalam menghadapi tsunami didapat dari hasil penggabungan Kajian Indeks Kapasitas daerah dan Indeks Kesiapsiagaan Masyarakat.
Survei Indeks Kesiapsiagaan Masyarakat tanggap bencana tsunami dibagi menjadi 4 parameter penilaian, yaitu pengetahuan, peringatan dini, rencana tanggap darurat dan mobilisasi sumber daya.
“Berdasarkan pengolahan data dan informasi hasil survey, Indeks Kapasitas Kota Bitung termasuk kategori sedang. Indeks risiko tsunami di Kota Bitung dinilai berdasarkan kajian bahaya, kerentanan dan kapasitas,” katanya.
Mengantisipasi ancaman bencana itu, BPBD kata dia, dilakukan analisis kedaruratan tsunami dan konsep mitigasi. Analisis rencana evakuasi tsunami mengkaji kondisi eksisting kedaruratan dan kebutuhan rencana evakuasi, kondisi eksisting kedaruratan lewat Worning Receiver System (WRS) yang terletak di Kantor BPBD Kota Bitung.
Juga, diseminasi peringatan dini dilakukan melalui BPBD ke masyarakat menggunakan aplikasi Whatsapp dan telepon seluler.
“Di beberapa kelurahan yang berpotensi terjadi tsunami telah terdapat rencana jalur dan tempat evakuasi tsunami serta rambu evakuasi. Di beberapa kelurahan terdampak potensi tsunami juga belum terdapat perlindungan pantai, baik berupa soft protection maupun hard protection terhadap bahaya tsunami,” jelasnya.
Hadir juga dalam diskusi itu perwakilan sejumlah instansi seperti BMKG, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan organisasi kemasyarakatan.
(abinenobm)