Manado, BeritaManado.com — Literasi digital merupakan hal yang penting dan wajib dikuasai oleh para pengguna internet.
Hal ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia yang memiliki pengguna internet 215 juta orang (APJII-2023).
Sementara itu mata pelajaran terkait literasi digital di dalam kurikulum pendidikan formal masih sangat minim.
Oleh karena itu edukasi literasi digital perlu dilakukan secara “gotong royong” oleh para pemangku kepentingan.
Dalam kaitan ini ICT bekerja sama dengan WhatsApp Indonesia dengan dukungan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan GNLD Siberkreasi melaksanakan Seminar dan Workshop “Lawan Misinformasi Untuk Pemilu Sehat” di 8 Kota.
Kota Manado menjadi kota kedua penyelenggaraan ini dan dilaksanakan di Aula Serbaguna Kantor Walikota Manado, Kamis (10/9/2023).
Kegiatan ini menghadirkan beberapa pembicara seperti dari Kementerian Kominfo RI, Manager Kebijakan Publik WhatsApp Indonesia Esther Samboh, Bawaslu Sulut dan Ketua Relawan TIK Sulut, Ir Yaulie Rindengan ST MSc MM yang juga akademisi Unsrat.
Sementara peserta seminar dan workshop berasal dari berbagai organisasi masyarakat, organisasi pemuda, organisasi keagamaan, perguruan tinggi, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Wali Kota Manado Andrei Angouw yang membuka kegiatan tersebut mengatakan, penting menggunakan internet secara bijak dan bagaimana mengolah informasi secara baik.
“Mari kita sebagai warga pengguna internet untuk melawan hoax yang berkembang di tengah masyarakat,” ujar Andrei Angouw.
Yaulie Rindengan, dosen Universitas Sam Ratulangi pun mengungkapkan, untuk Sulawesi Utara dan khususnya Kota Manado, isu isu termasuk juga hoax yang berkembang jelang pemilu masih di seputaran pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.
Namun, hal itu belum cukup untuk mengganggu stabilitas daerah karena Sulut terkenal dengan semboyan Torang Samua Basudara.
Yaulie juga mengatakan, meski sedikit namun yang namanya hoax tentu harus dilawan sehingga itu sebabnya, peran semua pihak untuk meningkatkan literasi digital diperlukan.
“Kuncinya kolaborasi semua pihak. Kegiatan-kegiatan seperti ini juga kan termasuk didalamnya dan terlihat hasilnya,” ujar Rindengan.
Lanjutnya, meski upaya melawan hoax terus dilakukan dengan berbagai cara, namun semua tetap kembali kepada masing-masing pribadi.
Masyarakat harus paham betul bahwa tidak semua informasi yang diterima itu benar sehingga harus dicek dulu asal dan kebenarannya.
“Jangan mudah membagikan konten yang kita sendiri belum tahu kebenarannya, harus cerdas jadi pemilih,” kata Rindengan.
Perwakilan WhatsApp, Esther Samboh pun mengimbau para pengguna aplikasi ini untuk memanfaatkan beragam fitur yang ada, termasuk untuk keamanan dan privasi pengguna.
“Ada fitur verifikasi dua langkah, laporkan akun yang kita anggap menyebar hoax dan lainnya. Dalam fitur fitur itu kita bisa pakai untuk menjaga akun kita aman. Kami juga akan mengevaluasi setiap laporan yang masuk untuk perbaikan kedepannya,” kata Esther.
(srisurya)