Manado – Pengamat politik DR Ferry Liando SH.MH mengingatkan masyarakat terhadap calon-calon legislatif yang mendadak populer hanya saat pemilu. Menurut Liando, caleg-caleg tersebut tidak mempunyai pengalaman kepemimpinan, skill dan sense of public problem sangat rendah.
“Track record mereka terhadap perjuangan-perjuangan kemasyarakatan sangat rendah. Mereka tidak terkenal karena memang belum berbuat apa-apa selama ini. Makanya segala cara bisa dilakukan untuk meningkatkan popularitas. Banyak caleg yang terkenal, karena selama ini telah lama berjuang untuk kepentingan rakyat,” ujar Liando.
Selain caleg mendadak populer, akademisi Unsrat ini juga mengingatkan masyarakat agar tidak memilih caleg yang mengandalkan uang. Caleg yang mengandalkan uang menurutnya, pertanda caleg itu tidak mampu. Caleg itu mendapat simpati masyarakat apabila ia telah lama berjuang untuk kepentingan masyarakat.
“Atas perjuangannya itu caleg tersebut akan populer secara otomatis dan berdampak pada elektabilitinya. Caleg yang mengandalkan uang sadar ia belum pernah berbuat apa-apa untuk masyarakat, sehingga untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya ia menggunakan uang,” tukas Liando.
Jika caleg ini terpilih, dipikirannya adalah bagaimana uang-uang yang ia bagikan pada saat pemilu bisa kembali. Agak mustahil jika caleg-caleg yang terpilih menggunakan uang, akan berjuang untuk kepentingan publik, karena juga ia tidak punya skill, pengalaman kepemimpinan dan kurangnya pemahaman terhadap masalah-masalah publik.
“Masyarakat harus disadarkan bahwa ketika caleg memberi uang dan masyarakat menerima maka saat itulah hubungan antar caleg dan masyarkat terputus. Ketika caleg itu terpilih maka ia tidak akan berpihak pada masyarakat yang memilihnya. Pada prinsipnya hutangnya sudah terlunasi saat pemilu. Pilihlah mereka yang selama ini telah dikenal berjuang untuk kepentingan masyarakat. Kelak ketika mereka terpilh, paling tidak masih ada yg bisa diharapkan,” jelas Liando. (**/editjerry)
Manado – Pengamat politik DR Ferry Liando SH.MH mengingatkan masyarakat terhadap calon-calon legislatif yang mendadak populer hanya saat pemilu. Menurut Liando, caleg-caleg tersebut tidak mempunyai pengalaman kepemimpinan, skill dan sense of public problem sangat rendah.
“Track record mereka terhadap perjuangan-perjuangan kemasyarakatan sangat rendah. Mereka tidak terkenal karena memang belum berbuat apa-apa selama ini. Makanya segala cara bisa dilakukan untuk meningkatkan popularitas. Banyak caleg yang terkenal, karena selama ini telah lama berjuang untuk kepentingan rakyat,” ujar Liando.
Selain caleg mendadak populer, akademisi Unsrat ini juga mengingatkan masyarakat agar tidak memilih caleg yang mengandalkan uang. Caleg yang mengandalkan uang menurutnya, pertanda caleg itu tidak mampu. Caleg itu mendapat simpati masyarakat apabila ia telah lama berjuang untuk kepentingan masyarakat.
“Atas perjuangannya itu caleg tersebut akan populer secara otomatis dan berdampak pada elektabilitinya. Caleg yang mengandalkan uang sadar ia belum pernah berbuat apa-apa untuk masyarakat, sehingga untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya ia menggunakan uang,” tukas Liando.
Jika caleg ini terpilih, dipikirannya adalah bagaimana uang-uang yang ia bagikan pada saat pemilu bisa kembali. Agak mustahil jika caleg-caleg yang terpilih menggunakan uang, akan berjuang untuk kepentingan publik, karena juga ia tidak punya skill, pengalaman kepemimpinan dan kurangnya pemahaman terhadap masalah-masalah publik.
“Masyarakat harus disadarkan bahwa ketika caleg memberi uang dan masyarakat menerima maka saat itulah hubungan antar caleg dan masyarkat terputus. Ketika caleg itu terpilih maka ia tidak akan berpihak pada masyarakat yang memilihnya. Pada prinsipnya hutangnya sudah terlunasi saat pemilu. Pilihlah mereka yang selama ini telah dikenal berjuang untuk kepentingan masyarakat. Kelak ketika mereka terpilh, paling tidak masih ada yg bisa diharapkan,” jelas Liando. (**/editjerry)