Bitung – Direktur PDAM Dua Sudara Kota Bitung, Raymond Luntungan berharap pembangunan proyek tol Manado-Bitung di kawasan hutan adat Danowudu tidak berdampak pada debit mata air Aerujang.
Mengingat lima tahun terakhir, debir mata air Aerujang terus mengalami penurunan akibat daerah tangkapan air sudah rusak akibat pembukaan lahan di sekitar mata air.
“Tapi kalau soal dampak proyek tol di mata air Aerujang, saya belum bisa berkomentar banyak soalnya itu butuh kajian ilmiah lebih mendalam,” kata Raymond, Minggu (23/12/2018).
Raymond sendiri mengaku telah bertemu dengan pihak pembangunan jalan tol dan menyatakan tidak akan mengganggu mata air Aerujang.
“Waktu lalu sempat ada wacana jalur tol lewat di sebelah atas mata air, itu yang justru kita kuatirkan karen rongga air bawah tanah yang menuju ke mata air bisa terputus,” katanya.
Tapi jika posisinya seperti sekarang kata dia, masih lebih aman dibanding di atas mata air atau rencana awal.
“Juga, waktu lalu saya diinfokan kalau untuk jembatan tidak menggunakan metode tiang pancang karen getaran pemancangan bisa merubah struktur lapisan tanah,” katanya.
Permintaan tak menggunakan tiang pancang disetujui pihak jalan tol, mengingat dari analisa daerah tangkapan air atau catchment area sumber air, baik mata air Danowudu dan mata air Aerujang ada diatas daerah Danowudu, Duasudara dan perkebunanan serta hutan disekitarnya.
“Intinya pada posisi jalan tol sekarang tidak masalah buat PDAM, asalkan cara bangun pondasi jembatan sesuai surat JMB,” katanya.
Raymond juga mengatakan, proyek jalan tol memang sudah jadi program nasional sehingga harus jalan, hanya saja dampaknya harus diminimalisir.
“Dampaknya ini yang harus kita cegah dan perlu sosialisasi kepada masyarakat agar paham serta bersama-sama melakukan pengawasan,” katanya.
(abinenobm)
Bitung – Direktur PDAM Dua Sudara Kota Bitung, Raymond Luntungan berharap pembangunan proyek tol Manado-Bitung di kawasan hutan adat Danowudu tidak berdampak pada debit mata air Aerujang.
Mengingat lima tahun terakhir, debir mata air Aerujang terus mengalami penurunan akibat daerah tangkapan air sudah rusak akibat pembukaan lahan di sekitar mata air.
“Tapi kalau soal dampak proyek tol di mata air Aerujang, saya belum bisa berkomentar banyak soalnya itu butuh kajian ilmiah lebih mendalam,” kata Raymond, Minggu (23/12/2018).
Raymond sendiri mengaku telah bertemu dengan pihak pembangunan jalan tol dan menyatakan tidak akan mengganggu mata air Aerujang.
“Waktu lalu sempat ada wacana jalur tol lewat di sebelah atas mata air, itu yang justru kita kuatirkan karen rongga air bawah tanah yang menuju ke mata air bisa terputus,” katanya.
Tapi jika posisinya seperti sekarang kata dia, masih lebih aman dibanding di atas mata air atau rencana awal.
“Juga, waktu lalu saya diinfokan kalau untuk jembatan tidak menggunakan metode tiang pancang karen getaran pemancangan bisa merubah struktur lapisan tanah,” katanya.
Permintaan tak menggunakan tiang pancang disetujui pihak jalan tol, mengingat dari analisa daerah tangkapan air atau catchment area sumber air, baik mata air Danowudu dan mata air Aerujang ada diatas daerah Danowudu, Duasudara dan perkebunanan serta hutan disekitarnya.
“Intinya pada posisi jalan tol sekarang tidak masalah buat PDAM, asalkan cara bangun pondasi jembatan sesuai surat JMB,” katanya.
Raymond juga mengatakan, proyek jalan tol memang sudah jadi program nasional sehingga harus jalan, hanya saja dampaknya harus diminimalisir.
“Dampaknya ini yang harus kita cegah dan perlu sosialisasi kepada masyarakat agar paham serta bersama-sama melakukan pengawasan,” katanya.
(abinenobm)