Manado – Janji mahasiswa untuk demo menolak rencana kenaikkan harga BBM akhirnya direalisasikan. Sekitar pukul 15.30 WITA, ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat “AMPERA” mendatangi gedung wakil rakyat DPRD Sulut. Namun kedatangan mereka disambut ratusan polisi yang disiagakan mengawal aksi.
“Ini gedung dewan atau kantor polisi? Kami minta polisi keluar, karena kami bukan teroris. Kami datang untuk membawa aspirasi,” teriak mahasiswa.
Aliansi mahasiswa yang terdiri dari BEM UKIT Tomohon, UNIMA, HMI, PMII, LMND, GMNI dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya menuntut pemerintahan SBY-Boediono membatalkan rencana kenaikkan harga BBM. Mahasiswa menilai asumsi-asumsi yang dijadikan alasan menaikkan harga minyak sangatlah tidak realistis.
“Selama ini yang dipropagandakan adalah pemerintah memberikan subsidi kepada rakyat. Padahal, rakyatlah yang mensubsidi pemerintah melalui pajak, dan pendapatan lainnya. Pemerintah diberi mandat untuk mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya,” tukas salah-satu orator.
Demonstrasi juga diwarnai aksi treatikal dan pembacaan puisi. Menariknya, tak satupun anggota dewan yang menemui mahasiswa. (jry)
Manado – Janji mahasiswa untuk demo menolak rencana kenaikkan harga BBM akhirnya direalisasikan. Sekitar pukul 15.30 WITA, ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat “AMPERA” mendatangi gedung wakil rakyat DPRD Sulut. Namun kedatangan mereka disambut ratusan polisi yang disiagakan mengawal aksi.
“Ini gedung dewan atau kantor polisi? Kami minta polisi keluar, karena kami bukan teroris. Kami datang untuk membawa aspirasi,” teriak mahasiswa.
Aliansi mahasiswa yang terdiri dari BEM UKIT Tomohon, UNIMA, HMI, PMII, LMND, GMNI dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya menuntut pemerintahan SBY-Boediono membatalkan rencana kenaikkan harga BBM. Mahasiswa menilai asumsi-asumsi yang dijadikan alasan menaikkan harga minyak sangatlah tidak realistis.
“Selama ini yang dipropagandakan adalah pemerintah memberikan subsidi kepada rakyat. Padahal, rakyatlah yang mensubsidi pemerintah melalui pajak, dan pendapatan lainnya. Pemerintah diberi mandat untuk mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya,” tukas salah-satu orator.
Demonstrasi juga diwarnai aksi treatikal dan pembacaan puisi. Menariknya, tak satupun anggota dewan yang menemui mahasiswa. (jry)