Manado, BeritaManado.com — Seorang tokoh umat Katolik dari Paroki St. Yoseph Pekerja Kleak Manado Herman Polii menyatakan dukungannya terhadap upaya untuk mendokumentasikan sejarah perkembangan umat Paroki St. Petrus Langowan.
Hal itu disampaikannya kepada BeritaManado.com beberapa hari lalu saat menghadiri sebuah acara duka di Desa Rambunan Kecamatan Sonder seraya menyinggung pemindahan makam Daniel Mandagi dan Tentji Londah.
Beliau menunjukkan ekspresi penasaran dengan upaya penggalian makam sang perintis kembalinya misi Gereja Katolik di Keuskupan Manado khususnya di Paroki Langowan 18-19 September 1868 silam.
Wartawan BeritaManado.com yang menyaksikan langsung proses penggalian makam tersebut berupaya untuk mencari arsip berita dan memperlihatkan semua benda-benda yang ditemukan saat penggalian.
“Saya sangat setuju jika dialakukan penelusuran sejarah dalam berbagai bentuk upaya dari Seksi KOMSOS di Paroki St. Petrus Langowan untuk maksud yang baik tentunya. Kalaupun dibuat semacam buku, itu akan berguna bagi pengembangan iman umat dari sudut pandang sejarah gereja,” katanya, Rabu.
Pada kesempatan lainnya, beliau juga menyatakan dukungan akan rencana pembuatan museum dengan memanfaatkan interior gereja, pastoran dan aula paroki.
“Dua hal seperti buku sejarah dan museum yang berisi berbagai macam benda bernilai sejarah seperti foto, benda liturgi, surat, catatan harian dan lain sebagainya akan menjadi daya tarik tersendiri jika direncanakan dan dibuat dengan baik,” ungkapnya.
Ditambahkannya, bukan tidak mungkin jika rencana pembuatan musem berjalan sesuai rencana, maka paroki yang sudah berusia 150 tahun ini akan menjadi destinasi wisata religi yang memadukan unsur edukasi sejarah.
Sementara itu, tokoh umat lainnya juga dari Paroki St. Yoseph Pekerja Kleak Manado Stanislaus Mandagi mengungkapkan sebagai umat pewaris marga mandagi merasa sangat bangga atas apa yang dilakukan leluhurnya itu melalui sebuah surat.
“Saya pikir kisah sejarah yang masih tersimpan rapih dalam ingatan tokoh umat paroki yang mungkin dulunya pernah menjadi bagian dari pelayanan pastoral gereja bersama para imam harus segera didokumentasikan. Jika tidak bisa saja mata rantai sejarag yang terputus akan semakin bertambah. (Frangki Wullur)