Minut, BeritaManado.com – Memasuki tahun 2019 yang penuh misteri, manusia sudah selayaknya meminta perlindungan Tuhan Maha Kuasa agar dapat menjalani kehidupan ini.
Doa itu terbersit dalam prosesi adat “Dumia Umbanua” atau acara adat bersih bersih kampung, yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat Desa Laikit dan Dimembe, Jumat (11/1/2019).
Dumia Umbanua, terus dilestarikan dua desa yang terletak di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara itu.
Prosesinya dimulai dari doa syukur Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama (BKSUA) Minahasa Utara, rapat paripurna istimewa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) lalu masuk ke ritual Dumia Umbanua diantaranya ziarah pe makam tua-tua kampung, waruga dan ke kantor pemerintahan desa.
“Dumia Umbanua sudah dilaksanakan Desa Dimembe dan Laikit sejak tahun 2002. Prosesnya dimulai dari Desa Laikit karena sejak desa ini terbentuk tahun 1775, dipersatukan di Pasela di depan balai Desa Dimembe. Jadi maknanya adalah persatuan kedua desa teranak ini, desa bersaudara,” kata Kadis Lingkungan Hidup Minut Berty Ngangi, yang memegang tanggungjawab sebagai Ketua Panitia pelaksana dan Ketua BPD Dimembe.
Sama dengan Berty, Hukum Tua Desa Dimembe Johanes Tuwaidan mengatakan, tradisi Dumia Umbanua harus dipertahankan dan dilestarikan di tengah perkembangan zaman.
“Karena ini kearifan lokal yang jarang di desa-desa lainnya. Tujuannya meminta permohonan kepada Tuhan agar di tahun yang baru mendapat berkat, dilindungi mata pencarian penduduk yang berbeda-beda seperti bertani, pedagang, pegawai dan sebagainya. Ini bukan menyembah berhala bukan bertentangan dengan iman. Tapi kita tetap utamakan Tuhan Allah,” jelasnya.
Tradisi Dumia Umbanua turut disaksikan Camat Dimembe Marco Karongkong, Kapolsek Dimembe AKP Fenti Kawulur, Danramil 1310- 04 Dimembe Kapten Takumansang, pemerintah Desa Laikit, pemerintah Desa Dimembe, para tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Dalam prosesi adat Dumia Umbanua atau bersih bersih kampung dua desa teranak Dimembe dan Laikit usai para tua tua adat bersama masyarakat berjalan kaki menyusuri setiap jalan sambil diiringi nyanyian khas Tow (orang) suku Tonsea.
Mereka melanjutkan ritual adat di Waruga sambil membacakan doa kepada Tuhan yang mahakuasa serta pemercikan air di batas batas kampung dengan Pasela diiringi tarian Tradisional Kambasaran.
(Finda Muhtar)
Baca Juga:
Ritual Adat Dumia Um Banua: Leluhur Beri Petunjuk, 2017 Tahun Keberhasilan