TOMBARIRI – Desa Kumu, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, menjadi andalan pemerintah kabupaten dalam budidaya rumput laut. “Kalau di pantai barat Sulawesi, daerah ini yang jadi pusat pengembangan rumput laut. Begitupun di pantai timur seperti Desa Kamenti, Atep dan Rumbia. Tapi di daerah itu potensinya tidak terlalu banyak,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, Dolfie Kasenda, Kamis (17/5).
Dolfie mengatakan, sekarang ini budidaya rumput laut di pantai barat dan timur masih bersifat sporadis dan belum merata dengan jadwal panen dan musim tanam yang tidak seragam. “Jujur memang masih banyak yang cara tanamnya sporadis. Kalau mungkin ditanam serempak, berapa banyak potensi budidaya rumput laut sekali panen bisa terdata,” katanya.
Di Desa Kumu, kata dia, luas budidaya rumput laut diperkirakan mencapai 2 ribu hektare dengan potensi sekali panen yang bisa mencapai 200-500 ton. “Kami berharap akan semakin banyak kelompok budidaya yang terbentuk sehingga bisa meningkatkan hasil panen untuk meningkatkan kesejahteraan warga petani,” ungkapnya.
Dari sisi harga, kata dia, sangat menjanjikan karena dari setiap kilogram rumput laut yang masih basah dijual seharga Rp6000 sedangkan dalam keadaan kering Rp18.000. “Kebanyakan di perairan Desa Kumuh rata-rata petani membudidayakan rumput laut jenis spinocyn karena tahan hama dan tidak dimakan predator. Kecil kemungkinan juga terjadi pemutihan akibat hama,” katanya.(niel)
TOMBARIRI – Desa Kumu, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, menjadi andalan pemerintah kabupaten dalam budidaya rumput laut. “Kalau di pantai barat Sulawesi, daerah ini yang jadi pusat pengembangan rumput laut. Begitupun di pantai timur seperti Desa Kamenti, Atep dan Rumbia. Tapi di daerah itu potensinya tidak terlalu banyak,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, Dolfie Kasenda, Kamis (17/5).
Dolfie mengatakan, sekarang ini budidaya rumput laut di pantai barat dan timur masih bersifat sporadis dan belum merata dengan jadwal panen dan musim tanam yang tidak seragam. “Jujur memang masih banyak yang cara tanamnya sporadis. Kalau mungkin ditanam serempak, berapa banyak potensi budidaya rumput laut sekali panen bisa terdata,” katanya.
Di Desa Kumu, kata dia, luas budidaya rumput laut diperkirakan mencapai 2 ribu hektare dengan potensi sekali panen yang bisa mencapai 200-500 ton. “Kami berharap akan semakin banyak kelompok budidaya yang terbentuk sehingga bisa meningkatkan hasil panen untuk meningkatkan kesejahteraan warga petani,” ungkapnya.
Dari sisi harga, kata dia, sangat menjanjikan karena dari setiap kilogram rumput laut yang masih basah dijual seharga Rp6000 sedangkan dalam keadaan kering Rp18.000. “Kebanyakan di perairan Desa Kumuh rata-rata petani membudidayakan rumput laut jenis spinocyn karena tahan hama dan tidak dimakan predator. Kecil kemungkinan juga terjadi pemutihan akibat hama,” katanya.(niel)