Jakarta, BeritaManado.com — Kemajuan teknologi yang berkembang sangat cepat melahirkan perusahaan-perusahaan startup atau rintisan yang semakin banyak.
Menyadari pentingnya teknologi startup kedepan, RISTEKDIKTI mengadakan Inovasi Inovator Indonesia Expo (I3E).
Program dari RISTEKDIKTI ini telah sejak tahun 2015 dan dimaksudkan untuk menciptakan ekosistem yang inovatif dalam menumbhkembangkan startup teknologi, serta mendukung komersialsiasi hasil penelitian dan pengembangan (Litbang) dari Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi serta masyarakat di Indonesia.
Selama 5 (lima) tahun terakhir ini, Kemenristek telah membina dan memfasilitasi startup teknologi dari seluruh wilayah Indonesia sebanyak 1.307 startup dan 15 inovasi industri.
Pameran I3E tahun 2019 atau disebut Pameran Startup Teknologi dan Inovasi Industri Anak Negeri yang disponsori oleh RISTEKDIKTI ini diadakan di Hall B Jakarta Convention Center, Sennayan, Jakarta pada tanggal 3-6 Oktober 2019 dan diikuti oleh 404 exhibitor yang terdiri dari 248 startup, 130 calon startup, 3 perusahaan lanjutan dan 23 inovasi baru.
Para exhibitor memamerkan produk-produk yang meliputi bahan baku, energi, kesehatan dan obat, material maju, pangan, teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi.
Sekalipun produk-produk startup teknologi, pemaeran ini diisi dengan sejumlah acara seperti dealing with millenials, growing with millenials, pengalaman PPBT di mancanegara, sustaining your product, how your product goes to market, collaborating online and offline for successful branding, developing brand framework, haw yourself prepare ti financial, access funding.
“Sungguh mengagumkan melihat ide-ide unggul para anak bangsa, khususnya kaum muda millennial yang terus berkreasi dan berinovasi. Salah satu stand di bagian pangan yang menarik perhatian saya adalah Cube Nata De Coco yang diproduksi oleh CV. Emka Indococo Sejahtera yang berada di Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara,” kata Johanis Mangkey MSC.
Ditambahkannya, menurut penjelasan dari Monoca Theresia Massie SH, yang kini menjadi CEO produk inovatif tersebut, Cube Nata de Coco adalah makanan yang terbuat dari air kelapa yang difermentasikan dengan bantuan bakteri Acetobackter Xylinum.
Makanan yang terbuat dari air kelapa itu memiliki tekstur kenyal seperti jelly serta bening dan lembut.
Nata de Coco banyak digunakan sebagai campuran berbagai minuman dan makanan seperti es buah kolak, pudding, es krim, koktail buah, manisan dan lain-lain.
Monica sendiri dalam pameran ini didampingi oleh Steve Michael Massie yagn adalah Chief Marketing Officer, menejlaskan bahwa proses seleksi yang cukup panjang dan ketat sampai ditetapkan dapat mengikuti pameran ini.
Patut dibanggakan bahwa untuk tahun 2019 ini, Cube Nata de Coco yang diproduksi di Airmadidi, Minahasa Utara adalah satu-satunya usaha startup yang lolos seleksi dari Sulawesi Utara.
Teknologi prooduksi ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Lucia Mandey MS dan kini dikelola serta dikembangkan oleh sejumlah anak muda millennial.
Monica menuturkan bahwa dalam mengembangkan startup ini mendapat pendampingan professional dari Binus University Entrepreneurship Center di Jakarta dan berharap kedepan produk Cube Nnata de Coco ini tidak hanya dikenal dan dikonsumsi di Sulawesi Utara, tetapi juga di seluruh Indonesia dengan label halal nasional.
“Di stand lain, saya berjumpa dengan anak muda lain yaitu Dicky dari Yogyakarta yang menjaga stand startup MoriMie, yaitu mie instan yang terbuat dari daun kelor. Ada empat varian dan rasa yakni mie daun kelor goring bawang, mie daun kelor goring rendang, mie daun kelor kuah bawang dan mie daun kelor kuah soto. Di setiap kemasan sudah tersedia bumbu sesuai rasa,” ungkapnya.
Sebagai inovasi baru dari Valmaymie, “MoriMie” ini menggunakan bahan baku campuran tepung mokaf dan daun kelor, sehingga menghasilkan mie instan rendah gluten dan kaya nutrisi.
“Mie ini tanpa menggunakan pengawet dan bahan sintetis kimia lainnya serta bumbu tanpa MSG. Selamat kepada kaum muda millennial. Teruslah berkreasi dan berinovasi,” harapnya.
(***/Frangki Wullur)