Manado, BeritaManado.com — Sebagai tindak lanjut gerakan nasional Kebaya goes to Unesco, Sulawesi Utara sebagai ahli waris kebaya Noni berencana mendaftarkan ke Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey.
Seperti kebaya Kartini dan kebaya Encim, kebaya model Noni Belanda ini memiliki model bukaan depan dan yang membedakannya adalah di bagian depannya dihiasi oleh renda.
Dari namanya, bisa ditebak model kebaya ini terinspirasi dari busana khas Eropa.
Di masa kolonial, para perempuan barat itu mengenakan baju panjang itu dipadu dengan sarung khas Indonesia.
Baju panjang ini biasanya bermotif bunga-bunga, termasuk bunga tulip khas Belanda.
Kebaya Noni identik warna dasar putih yang dipadukan dengan motif-motif bunga dengan warna yang lembut.
Bagi orang Belanda, warna putih menyimbolkan kesucian, kemuliaan, dan kejayaan.
“Belakangan kebaya noni kerap dihiasi oleh bordir, namun aslinya menggunakan renda yang di sambung,” ujar Coreta.
Kemudian perempuan Sulawesi Utara juga selalu terlihat mengenakan kebaya Noni seperti yang di pakai pahlawan nasional dari Sulut Maria Walanda Maramis dan kain bawah batik Indonesia.
Perkumpulan Pecinta Kebaya Noni Indonesia yang diketuai Coreta Louise Kapoyos sangat mengapresiasi langkah Olly Dondokambey yang akan mendaftarkan kebaya Noni ke Warisan Budaya Tak Benda/WBTB Nasional sebagai ahli waris.
Coreta Kapoyos yang juga Ketua Umum Yayasan Torang Samua Basudara ikut mendorong terlaksananya proses pendaftaran ke WBTB Nasional, sebagai tindak lanjut gerakan nasional Kebaya Goes to Unesco.
“Beberapa tahapan yang harus dilalui diantaranya mengisi formulir pendaftaran, mengirimkan foto dan video, serta melaksanakan kajian-kajian tentang kebaya Noni,” kata Coreta.
(***/srisurya)