Manado, BeritaManado.com – Kepemimpinan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven Kandouw, OD-SK, mencetak banyak prestasi selang empat tahun terakhir.
Salah satu dosen di Universitas Negeri Manado (Unima) Drs Karel Najoan memiliki catatan evaluasi 4 tahun kepemimpinan tersebut.
“Empat tahun sudah OD-SK memimpin Sulut, kita semua tahu bahwa kedua pemimpin ini tidak berlatar belakang birokrat tetapi track record keduanya adalah politisi, malah dalam karirnya mereka pernah memimpin lembaga legislatif, kondisi inilah yang melatari ketika kedua pemimpin kita ini memulai berkiprah di dunia birokrasi,” ujar Karel Najoan baru-baru ini.
Najoan mengatakan tentu pengalaman baru tersebut membuat Olly Dondokambey dan Steven Kandouw harus segera menyesuaikan pola pikir serta strategi kepemimpinan.
“Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman yang mumpuni sebagai the real politics, hal ini membuat mereka berdua memiliki daya tahan yang hebat menghadapi permasalahan berjibun di depan mereka,” tuturnya.
Sebagai Gubernur dan Wakil gubernur, Najoan melihat ada keserasian dari OD-SK dalam mengendalikan roda pemerintahan dan pembangunan di Sulut.
Hal ini terjadi karena kedua pemimpin kita ini berasal dari partai yang sama, sehingga hampir tidak ada gesekan kepentingan antara keduanya dan soliditas mereka terjaga dengan baik.
“Empat tahun memimpin Sulut, tentu kita semua harus akui bahwa banyak kemajuan yang sudah dicapai, antara lain pembangunan infrastruktur yang masif baik infrastruktur ekonomi maupun transportasi. Di sektor pendidikan mulai menunjukkan kemajuan yang signifikan, tentunya akan bermuara pada terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, walaupun masih terus ditingkatkan profesionalitas serta kesejahteraan guru, infrastruktur pendidikan lainnya seperti laboratorium, workshop dan media pendidikan lainnya,” sambung Najoan.
Ia melanjutkan, di bidang ketenagakerjaan diperlukan sebuah master plan serta sebuah road map sebagai panduan dalam kerangka menyambut baik industri manufaktur maupun industri pariwisata, hal ini menjadi sesuatu yang urgen untuk disiapkan baik oleh pemerintah maupun swasta yang memiliki kepentingan.
Di sektor pertanian, lebih khusus pada sektor perkebunan dalam ini tanaman keras, Sulut mengalami turbulensi harga komoditi yang cukup ekstrim dengan penurunan harga cukup signifikan tanaman kelapa, cengkih dan pala.
Memang harga ketiga komoditas tersebut banyak ditentukan oleh pasar namun demikian, pemerintah harus memiliki strategi pengendalian harga komoditas perkebunan tersebut tidak seenaknya dipermainkan pasar, dibutuhkan sebuah regulasi yg berpihak pada petani.
“Road map diversifikasi produk kelapa seharusnya sudah tersedia untuk paling tidak untuk sepuluh tahun kedepan agar kita sudah bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan yg akan terjadi berkait dengan produk komoditas kelapa,” tambah Karel.
Sektor pariwisata, Karel Najoan menyebutkan hal ini telah menjadi ikon di akhir periode kepemimpinan OD-SK.
Perhatian yang luar biasa dari pemerintah pusat terhadap sektor ini memang sangat besar. Ini jelas terlihat dengan dikucurkannya anggaran yang sangat besar, konon mencapai Rp30 triliun unutuk membangun infrastruktur kepariwisataan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang.
“Tapi sebagai saran kecil untuk OD-SK, pengembangan pariwisata di Sulut, secara khusus di KEK Pariwisata Likupang sebisa mungkin dikembangkan pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism, hal penting yang harus dilakukan adalah upaya mengubah pola pikir masyarakat di sekitar KEK Pariwisata Likupang yaitu dari masyarakat dengan basis nelayan dan pertanian kemasyarakat pariwisata, dan ini bukanlah yang ringan untuk dilakukan,” ucapnya.
Terakhir soal investasi, Najoan menuturkan dengan berbagai sektor potensial yang ada di Sulut, maka hal ini akan seiring dengan meningkatnya minat para investor untuk berinvestasi di sini namun juga harus diikuti oleh tersedianya informasi yang cukup tentang potensi Sumber Daya Alam (SDA) maupun SDM yang tertuang dalam bentuk buku profil investasi Sulut serta adanya regulasi atau peraturan daerah yang ramah investasi.
“Situasi kerukunan antar umat beragama dengan moto ‘Torang samua ciptaan Tuhan’ dan ‘Torang samua Basudara’ adalah sebuah modal sosial dalam membangun Sulut hebat, berbudaya dan bermartabat. Sekali lagi selamat untuk empat tahun kepemimpinan OD-SK,” tandasnya.
(Rei Rumlus)