Politik kekuasaan ternyata masih gampang melahirkan pemuja-pemuja buta yang liar.
Demokrasi dan kedaulatan rakyat bagi mereka hanyalah instrumen politik semata.
Kekuasaan adalah kekuasaan, titik.
Idea dan cita-cita tidak lebih sebagai pemanis kontestasi politik.
Segala idea dan fakta dengan tangkas dapat dikesampingkan menjadi tidak penting.
Ideologi bagi mereka menjadi seperti benda keramat yang harus disimpan, tak perlu dibawa-bawa di ruang kontestasi.
Keadilan, kebenaran, kesejahteraan, kemakmuran dan semua harapan dan cita-cita rakyat mereka pandang hanya dengan satu kedipan mata, untuk kemudian melupakannya.
Para pemuja buta, tidak peduli bahwa mereka telah dibutakan oleh hasrat kekuasaan yang terus mendidih di atas perapian serakah.
Mereka terus saja memuja dan memuji diri sendiri tanpa malu pada realitas publik.
Mereka, para pemuja dan yang dipuja tak peduli harus menggunakan mimbar-mimbar sakral dan jubah-jubah imam untuk menularkan hegomoni bahkan mungkin oligarki kekuasaan.
Mereka terus bermain dengan pencitraan miskin prestasi.
Mereka terus menari-nari dalam pesta mewah untuk kemudian makan secara serakah di meja kekuasaannya.
Di putaran waktu yang segera berakhir, para pemuja dan yang dipuja bisa jadi akan menjadi gila dengan pemujaan politis.
Mereka bisa tidak peduli dengan tatapan kosong, bahkan amarah publik pada semua kebohongan dan kepalsuan.
Etika berpolitik akan dibuang di selokan samping lapangan kampanye.
Karena nafsu pemujaan politis telah melampaui ubun-ubun, Tuhan pun bisa dikesampingkan untuk dipuja.
Para imam sekalipun akan terhisap masuk arak-arakan pemujaan politik.
Mereka mungkin lupa, cemburu Tuhan tetap berlaku di semua wilayah hidup, termasuk di wilayah politik.
Pandangan terakhir ini mereka bisa jawab dengan kalimat “Jangan bawa-bawa Tuhan di politik”.
Tetapi, perlu diingat, para pemuja, nanti bisa mengalami sesak-nafas dan gatal-gatal di sekujur tubuhnya ketika kemuliaan roh kedaulatan rakyat berhembus perlahan dan menjadi racun yang melumpuhkan semua hasrat dan nafsu pemujaan, bahkan membasmi penyakit oligarkhi kekuasaan sekalipun.
Catatan ini, hanya mau mengingatkan, bahwa di bawah kolong langit ini yang abadi hanyalah PERUBAHAN.
Oleh: JOPPIE WOREK