Rapat dengar pendapat DPRD Kota Bitung
Bitung – Salah satu anggota Komisi A DPRD Kota Bitung, Alexander Wenas dinilai belum layak untuk memimpin Rapat Dengar Pendapat (RDP). Mengingat Wenas dinilai lebih banyak menggunakan menggunakan emosi dalam mengarahkan RDP sehingga pokok permasalahan yang akan dibahas menjadi melebar dan tak jelas hasilnya.
“Wenas belum mampu dan harus lebih banyak belajar dalam memimpin RDP, seperti ketika memimpin RDP soal aspirasi masyarakat Kelurahan Wangurer Kecamatan Girian yang menjadi korban bencana yang melebar kesana kemari tak jelas,” kata salah satu LSM Pasela Kota Bitung, Samsi Hima, Senin (16/2/2015).
Hima menilai, selama memimpin RDP itu, Wenas lebih menunjukkan powernya sebagai seorang anggota DPRD dan pemimpin rapat daripada mau mendengar apalagi menjadi penengah. Bahkan Wenas tak mampu menyambungkan apalagi melakukan koneksi antara apa yang dikeluhkan warga dengan para pemangku kebijakan yang ikut dihadirkan dalam RDP itu.
“Akibatnya, Wenas hanya memberikan penjelasan sesuai dengan apa yang dianggapnya tepat tanpa mau menyaring apa yang telah disampaikan dalam RDP,” katanya.
Sementara itu, RDP tentang permasalahan warga Kelurahan Wangurer Kecamatan Girian soal bantuan bencana dan berbagai permasalahan lainnya tak jelas penyelesaiannya hingga harus ditunda untuk kembali menggelar RDP dengan gabungan komisi.(abinenobm)
Rapat dengar pendapat DPRD Kota Bitung
Bitung – Salah satu anggota Komisi A DPRD Kota Bitung, Alexander Wenas dinilai belum layak untuk memimpin Rapat Dengar Pendapat (RDP). Mengingat Wenas dinilai lebih banyak menggunakan menggunakan emosi dalam mengarahkan RDP sehingga pokok permasalahan yang akan dibahas menjadi melebar dan tak jelas hasilnya.
“Wenas belum mampu dan harus lebih banyak belajar dalam memimpin RDP, seperti ketika memimpin RDP soal aspirasi masyarakat Kelurahan Wangurer Kecamatan Girian yang menjadi korban bencana yang melebar kesana kemari tak jelas,” kata salah satu LSM Pasela Kota Bitung, Samsi Hima, Senin (16/2/2015).
Hima menilai, selama memimpin RDP itu, Wenas lebih menunjukkan powernya sebagai seorang anggota DPRD dan pemimpin rapat daripada mau mendengar apalagi menjadi penengah. Bahkan Wenas tak mampu menyambungkan apalagi melakukan koneksi antara apa yang dikeluhkan warga dengan para pemangku kebijakan yang ikut dihadirkan dalam RDP itu.
“Akibatnya, Wenas hanya memberikan penjelasan sesuai dengan apa yang dianggapnya tepat tanpa mau menyaring apa yang telah disampaikan dalam RDP,” katanya.
Sementara itu, RDP tentang permasalahan warga Kelurahan Wangurer Kecamatan Girian soal bantuan bencana dan berbagai permasalahan lainnya tak jelas penyelesaiannya hingga harus ditunda untuk kembali menggelar RDP dengan gabungan komisi.(abinenobm)