Airmadidi — Yaki atau Monyet Wolai atau Monyet Hitam Sulawesi (Macaca Nigra) populasinya terancam punah dikarenakan penebangan hutan dan perburuan yang leluasa.
Masyarakat sering memburu yaki untuk dikonsumsi dagingnya. Permintaan daging yaki semakin meningkat ketika menjelang Natal dan tahun baru. Hingga kini populasi yaki diperkirakan hanya tersisa 3.000 ekor yang ada di Hutan Tangkoko, Sulawesi Utara.
Yunita Siwi selaku Education Officer dari Program Konservasi Selamatkan Yaki, baru-baru, mengajak warga untuk menjaga dan mengawasi perdagangan yaki. Menurut Yunita yang harus dilakukan ketika melihat perdagangan yaki di pasar yaitu foto dengan jelas daging dan penjual, sebaiknya yaki dan penjual difoto bersebelahan, serta catat waktu dan tanggal penemuan, kuantitas yang dijual (dua individu utuh atau hanya beberapa bagian badan), rincian lokasi pasti, termasuk kota dan posisi di dalam pasar, bila memungkinkan rincian penjual, termasuk nama dan tempat tinggal.
Ketika melihat yaki dijadikan peliharaan, foto dengan jelas yaki tersebut, catat beberapa perincian seperti perkiraan umur dan jenis kelamin, apakah menunjukan perilaku agresif atau tidak, cara dipelihara (dirantai/diikat, di dalam/luar, dikurung, dan lainnya, waktu dan tanggal penemuan, rincian lokasi pasti, termasuk kota dan alamat, rincian pemilik, termasuk nama dan rincian kontak.
Cantumkan nama dan nomor telepon anda. Data anda akan dirahasiakan. Hubungi pihak berwenang yang sesuai seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulut (0431-868214 & 085240063560), Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (085299918674) atau Program Konservasi Selamatkan Yaki (0431-869281). (finda muhtar)