Foto hasil screnshut dari vidio viral.
Boroko, BeritaManado.com – Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) lebih khusus Bolaang Mongondow Raya kembali dihebohkan dengan sebuah vidio viral di media sosial.
Vidio viral yang berdurasi 11 menit 32 detik itu mempertontonkan seorang pria mengamuk di RSUD Kotamobagu karena ayahnya hilang saat perawatan, Rabu (1/9/2021) semalam.
Dalam vidio beredar, seorang warga bernama Hamri Mokoagow yang merupakan keluarga dari pasien marah-marah serta menuding perawat yang bertugas membiarkan orang tuannya hilang saat menjalani perawatan.
“Ada apa-apa kita pe orang tua, catat e. Kita ini pejabat eselon 2 Provinsi. Kita Hamri Mokoagow ketua Ansor Kotamobagu, kita pe orang tua hilang, 15 menit lalu. Sampai ada apa-apa dengan orang tua saya, rumah sakit ini harus bertanggung jawab,” sebut Hamri.
Dalam vidio itu pun Hamri mengaku akan mempersoalkan kejadian ini sampai ke nasional.
“Masa dengan perawat begitu banyak, bisa hilang, orang tua saya itu ketergantungan dengan oksigen,” ucapnya lagi.
Dalam vidio itu juga, pihak RSUD nampaknya menyambangi yang bersangkutan dan meminta untuk tidak membuat keributan karena banyak pasien yang sedang berisitirahat.
Kamis (2/9/2021) BeritaManado.com berhasil mendapat klarifikasi dari yang bersangkutan Hamri Mokoagow.
“Secara jujur saya khilaf, selain karena faktor dalam satu minggu terakhir saya harus bolak balik Manado, karena beban kerja, kurang istirahat dan secara psykologis ayah saya sudah hampir 16 hari dirawat di rumah sakit,” tulis Hamri.
Menurut Hamri, dirinya panik ketika mendapat telfon dari salah satu perawat RS yang menyatakan orang tuanya kabur dari rumah sakit, dan kondisi beliau saat itu dalam keadaan ketergantungan oksigen, karena sakit jantung dan hypertensi yang kronis, dan terpapar inveksi paru-paru sehingga harusnya mendapat pelayanan yang prima dan sudah diserahkan keluarga kepihak rumah sakit.
“Dalam keadaan itu, reaksi saya terjadi secara alamiah, terutama dalam beberapa video yang beredar, semua anak akan melakukan hal yang sama untuk orang tuanya. Terlebih ada indikasi “kelalayan” oknum2 pihak perawat sehingga Ayah saya bisa Kabir dalam keadaan kritis,” katanya.
Alhamdullillah 45 menit kemudian, kata Hamri, setelah dibantu oleh tim Ansor – Banser, kerabat dan keluarga menemukan menemukan ayahnya sudah di belakang kamar mayat, mengarah ke perkebunan batas rumah sakit, dan Desa Tabang.
“Saat ditemukan ayah saya sudah dalam keadaan kritis dan terancam gagal nafas, dan langsung saya dan teman-teman bawa dengan perawat dan anggota kepolisian ke ruangan untuk mendapatkan pelayanan prima dan menggunakan oksigent tingkat tinggi,” tuturnya.
Terkait hal ini, menurut Hamri, pihak rumah sakit sudah berkomunikasi dengannya dan keluarga secara persuasif, dan bersepakat untuk tidak melanjutkan persoalan ini.
“Karena secara pribadi saya percaya pihak RS telah berupaya melakukan hal terbaik, tapi dalam situasi tertentu pasti ada yang namanya ‘margin eror’,” jelasnya.
Jika ada yang merasa dirugikan dengan video yang sudah beredar maka secara pribadi saya mohon maaf.
“Kehilafan tersebut adalah upaya saya secara pribadi dan khilaf yang dilakukan tanpa sengaja, dan sempat menyebutkan jabatan terntentu dalam organisasi, sehingga ayah saya mendapatkan perhatian serius, yang berlaku kepada seluruh pasien tanpa terkecuali,” katanya lagi.
Lanjutnya, dirinya telah berkomunikasi dengan Kabag RS dan jajaran perawat hingga dokter dan pihak keamanan dan bersepakat untuk tabayun, sambil mengevaluasi bersama agar kedepan tindakan seperti ini dan kelalaian sekecil apapun tidka terjadi sehingga bisa mensukseskan upaya negara dan pemerintah dalam memberantas Covid-19 sehingga bangsa ini akan kembali sehat, baik secara medis maupun ekonominya kembali bangkit.
“Demikian, dan saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak. Sekali lagi kami memohon maaf atas segala khilaf,” kuncinya.
(Nofriandi Van Gobel)