
Talaud, Beritamanado.com – Umbi lokal Daluga atau cyrtosperma merkussi bisa menjadi bahan pangan alternatif di tengah krisis saat perbatasan sisi Utara Indonesia, khususnya di Sangihe dan Talaud, diterjang wabah virus Corona (Covid-19).
Jika daerah perbatasan dengan Filipina ini di lockdown dan warga kesulitan makanan, pilihannya adalah daluga.
Ironisnya, makanan penunjang program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan ini di Kecamatan Miangas, sebagai daerah yang dulunya cukup banyak ditanam, sekarang malah makin berkurang.
Camat Miangas, Sepno Lantaa saat diwawancarai mengenai populasi daluga di Pulau Miangas mengatakan jumlah daluga kalau dibandingkan dengan lima tahun lalu sudah banyak berkurang.
“Sudah berkurang banyak karena so taambe di pembangunan,” ujar Lantaa, belum lama.
Hingga kini Daluga tergolong dalam makanan wajib bagi penduduk yang mendiami pulau paling utara Indonesia ini.
“Makanan wajib itu. Ada tabasar akang pa torang manu mokase tinggal (kami dibesarkan dengan daluga jadi tidak mungkin ditinggalkan),” katanya.
Apabila diterapkan sistem lockdown akibat memutus mata rantai penyebaran virus Corona, maka daluga akan menjadi alternatif masyarakat sebagai bahan pangan.
“Daluga pasti menjadi alternatif karena itu merupakan makanan wajib bagi masyarakat Miangas,” terang Lantaa.
Sejak dulu, jika kapal pembawa beras tidak sampai di Miangas akibat cuaca buruk, daluga merupakan pilihan masyarakat.
“Sehingga kami tidak takut kelaparan hanya karena kekurangan pasokan pangan ke Miangas,” tutur Lantaa.
Diketahui Daluga banyak tumbuh di rawa. Merupakan jenis umbi yang tergolong family Araceae, tumbuh pada rawa berpasir dengan berat umbi sekitar 0,18-2 kg, mengandung karbohidrat tinggi sekitar 32,53%.
Umumnya masyarakat Pulau Sangihe dan Talaud mengkonsumsi umbi daluga setelah direbus, dikukus, dipanggang, atau digoreng. Umbi ini juga diolah menjadi kue kering atau kue tradisional yang disebut ‘kue katan’ oleh warga lokal.
Sepanjang sejarah krisis pangan di Sangihe Talaud akibat bencana alam, wabah penyakit dan perang, Daluga menjadi pangan penyelamat penduduk dari bencana kelaparan.
(Penulis: Ady Putong)