Manado – Wali Kota Manado, Dr GS Vicky Lumentut mengakui di Kota Manado itu tidak ada pekerjaan yang sulit dicari, buktinya banyak warga pendatang di Manado, justru tidak kesulitan cari kerja dan malah sudah bekerja disini.
“Di Manado susah cari pekerjaan? Saya tidak percaya! Saya tidak percaya bahwa susah cari kerja, yang betul susah cari kerja menurut ukuran torang mo kerja bagimana,” kata Wali Kota Lumentut menjawab pertanyaan dalam kegiatan Coffee Morning.
Dikatakannya lagi, bila budaya sesepuhnya dari Minahasa, biasanya warganya suka kerja tapi dia kerja yang menjadi bos di pekerjaan itu.
Hal itu dijumpainya. Dicontohkannya di sebuah restoran. Keluhan dari pemilik restoran padanya, dimana sesama pelayan di restoran itu, satu pelayan maunya jadi bos dari pelayan lainnya. Akhirnya pelayan itu menyuruh pelayan lain, padahal dia juga sesama pelayan, tugasnya sama.
“Pelayan itu sendirilah yang memposisikan diri, dia anggap dia lebih dari sesamanya. Mungkin itu perlu juga di kikis, salah satu budaya yang bisa di ubah di tanah Minahasa,” kata Wali Kota Vicky Lumentut dalam forum itu.
Ditambahkan, jika ada warga pulang kampung, ada yang bertanya ‘eh mana ngana pe bos?’ Yang dipikir oleh Wali Kota Lumentut, bos adalah orang dewasa.
“Kita kira sapa? Anak kote dia tanya. Anak laki-laki. Mana ngana pe bos? O..ada di blakang, sarta lia, baru blajar bajalan kote, so bilang bos,” kata Wali Kota Lumentut.
Ditempat tertentu lainnya juga, bukan bos, tapi jago.
“Mana ngana pe jago, anak-anak lagi. Baru mulai blajar bicara. Ini kita pe jago. Baru blajar bicara so ja pangge jago,” ujar Wali Kota Lumentut.
Hal itulah yang terekam pada anak, kalimat ‘bos dan jago’, hingga anak itu sampai besar.
“Anak-anak yang sudah dewasa itu, mana suka jadi pesuruh, di anggap dia bos dan jago. Hal inilah, kita sendirilah yang membentuk mindset pada anak seperti itu,” tandas Wali Kota Lumentut. (robintanauma)
Manado – Wali Kota Manado, Dr GS Vicky Lumentut mengakui di Kota Manado itu tidak ada pekerjaan yang sulit dicari, buktinya banyak warga pendatang di Manado, justru tidak kesulitan cari kerja dan malah sudah bekerja disini.
“Di Manado susah cari pekerjaan? Saya tidak percaya! Saya tidak percaya bahwa susah cari kerja, yang betul susah cari kerja menurut ukuran torang mo kerja bagimana,” kata Wali Kota Lumentut menjawab pertanyaan dalam kegiatan Coffee Morning.
Dikatakannya lagi, bila budaya sesepuhnya dari Minahasa, biasanya warganya suka kerja tapi dia kerja yang menjadi bos di pekerjaan itu.
Hal itu dijumpainya. Dicontohkannya di sebuah restoran. Keluhan dari pemilik restoran padanya, dimana sesama pelayan di restoran itu, satu pelayan maunya jadi bos dari pelayan lainnya. Akhirnya pelayan itu menyuruh pelayan lain, padahal dia juga sesama pelayan, tugasnya sama.
“Pelayan itu sendirilah yang memposisikan diri, dia anggap dia lebih dari sesamanya. Mungkin itu perlu juga di kikis, salah satu budaya yang bisa di ubah di tanah Minahasa,” kata Wali Kota Vicky Lumentut dalam forum itu.
Ditambahkan, jika ada warga pulang kampung, ada yang bertanya ‘eh mana ngana pe bos?’ Yang dipikir oleh Wali Kota Lumentut, bos adalah orang dewasa.
“Kita kira sapa? Anak kote dia tanya. Anak laki-laki. Mana ngana pe bos? O..ada di blakang, sarta lia, baru blajar bajalan kote, so bilang bos,” kata Wali Kota Lumentut.
Ditempat tertentu lainnya juga, bukan bos, tapi jago.
“Mana ngana pe jago, anak-anak lagi. Baru mulai blajar bicara. Ini kita pe jago. Baru blajar bicara so ja pangge jago,” ujar Wali Kota Lumentut.
Hal itulah yang terekam pada anak, kalimat ‘bos dan jago’, hingga anak itu sampai besar.
“Anak-anak yang sudah dewasa itu, mana suka jadi pesuruh, di anggap dia bos dan jago. Hal inilah, kita sendirilah yang membentuk mindset pada anak seperti itu,” tandas Wali Kota Lumentut. (robintanauma)