MANADO – Peredaran Uang Palsu di Sulawesi Utara sampai akhir tahun 2011 menunjukan tren peningkatan. Berdasarkan data yang dihimpun Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta. “Ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara nominal Rp3,98 juta,” tegas pemimpin Bank Indonesia Ramlan Ginting dalam laporannya.
Menurutnya, secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 dengan pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%.
Ginting mengatakan, terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado.
“Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum,” ingatnya.(is)
MANADO – Peredaran Uang Palsu di Sulawesi Utara sampai akhir tahun 2011 menunjukan tren peningkatan. Berdasarkan data yang dihimpun Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta. “Ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara nominal Rp3,98 juta,” tegas pemimpin Bank Indonesia Ramlan Ginting dalam laporannya.
Menurutnya, secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 dengan pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%.
Ginting mengatakan, terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado.
“Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum,” ingatnya.(is)