Jakarta, BeritaManado.com – Indonesia Commodity and Derivatives Exchanges (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) merilis data transaksi komoditi syariah tahun 2023 yaitu sebesar Rp1,2 triliun.
Jumlah transaksi tahun 2023 ini mengalami
pertumbuhan 54 persen dibandingkan tahun 2022 dengan total transaksi mencapai Rp785 miliar.
Transaksi komoditi syariah di ICDX tahun 2023 ini meliputi Subrogasi Syariah sebesar 89 persen dan transaksi Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA)
11 persen.
Adapun beberapa perbankan yang telah memanfaatkan skema transaksi ini
adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank Mega Syariah, Unit Usaha Syariah PT Bank Cimb Niaga Tbk, Unit Usaha Syariah PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT CIMB Niaga Auto Finance.
Dr Yoyok Prasetyo, pengamat ekonomi Syariah dari Universitas Islam Nusantara Bandung mengatakan, adanya tren pertumbuhan minat terhadap keuangan syariah ini tentunya menjadi kabar baik dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
“Pertumbuhan ini juga merupakan bukti naiknya kesadaran masyarakat terhadap instrumen keuangan dengan prinsip-prinsip syariah,” ujar Yoyok.
Selanjutnya, kata Yoyok, pertumbuhan ini diharapkan menjadi pendorong sehingga ke depan industri keuangan syariah di Indonesia mampu sejajar dengan negara-negara lain yang telah memanfaatkan skema ini.
“Namun untuk mencapai itu, perlu langkah strategis dalam bentuk upaya bersama dari semua pemangku kepentingan untuk melakukan dan lebih menggalakkan edukasi keuangan syariah kepada masyarakat,” kata Yoyok.
Menurut Direktur Utama Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Nursalam, peningkatan transaksi ini mencerminkan respon serta minat positif pasar terhadap produk komoditi syariah di Indonesia.
Sejak transaksi perdana di tahun 2022 hingga
akhir 2023, akumulasi transaksi mencapai angka sebesar Rp2 triliun.
“Kami optimis, ke depan transaksi komoditi syariah ini akan terus tumbuh, dan kami
menargetkan di tahun 2024 nilai transaksi mencapai Rp2,3 triliun. Untuk itu, berbagai program literasi akan terus kami jalankan kepada para pemangku kepentingan, khususnya bagi kalangan perbankan nasional,” jelas Nursalam.
Terkait Industri Keuangan Syariah, OJK dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan
Perbankan Syariah Indonesia menyebutkan, bahwa Industri keuangan syariah nasional menjadi salah satu kontributor pengembangan keuangan syariah di pasar global.
Data OJK menyebutkan, tahun 2023 sampai dengan Juli, total aset keuangan syariah nasional tercatat sebesar US$ 163 miliar, atau setara Rp2.461 triliun.
Angka ini ini naik sekitar 13 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Data OJK juga menyebutkan, dalam kancah global Industri keuangan syariah juga
menunjukkan perkembangan yang positif dalam beberapa tahun terakhir.
Total aset tumbuh positif dengan mencatatkan rata-rata pertumbuhan sebesar 9 persen sepanjang 2015-2021 dan mendekati angka US$ 4 triliun.
Pencapaian tersebut diperkirakan akan terus berlanjut, dimana total aset diproyeksikan akan menyentuh angka US$5.900 miliar pada tahun 2026 mendatang.
(***/srisurya)