Bitung, Beritamanado.com – Panitia FPSL 2019 menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan selama pelaksanaan iven yang digelar di Lapangan Satrol Aetembaga.
Hal itu disampaikan Ketua Panitia FPSL 2019, Andre ‘opa’ Sumual saat menggelar Konfrensi Pers di ruangan Media Center FPSL 2019 bersama sejumlah panitia seperti Direktur FPSL 2019, Satria Akbar, Penanggungjawab Media FPSL 2019, Abi Hasantoso, Marcel Tatuil dan Kabag Humas dan Protokol Pemkot Bitung, Albert Sergius, Kamis (10/10/2019).
“FPSL telah masuk menjadi bagian dari 100 Calendar of Events Wonderful Indonesia setelah terseleksi dari 6000 kegiatan seni budaya di seluruh Indonesia sepanjang tahun ini,” kata Opa.
Hal itu kata dia, seirama dengan ucapan Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Dr Ir Arief Yahya MSc saat hadir pada Opening Ceremony Festival Pesona Selat Lembeh tanggal 7 Oktober 2019.
“Begitupun di tahun 2020 mendatang, FPSL sudah dipastikan masuk kembali ke dalam calender of event nasional, sehingga hal tersebut harus lebih dipersiapkan secara matang oleh panitia di periode mendatang,” katanya.
Terkait keluhan minimnya toilet di lokasi dan insiden batal tampilnya ratusan siswa SD serta SMP membawakan tari Maengket di acara pembukaan, Opa atas nama panitia menyampaikan permohonan maaf.
“Kami memang sudah berusaha menghadirkan toilet portable tapi sayangnya tidak tersedia dan tentu itu jadi masukan bagi panitia FPSL 2020,” katanya.
Soal tari Maengket, menurutnya terjadi miskomunikasi antara panitia di lapangan. Dimana pada awalnya tarian tampil di lapangan, tapi kemudian dirubah menjadi pengiring saat menteri menuju dermaga menyaksikan lomba perahu hias.
“Miskomunikasinya disitu dan kami memohon maaf atas kejadian itu,” katanya.
Satria menambahkan, dirinya sudah dua kali terlibat dalam iven FPSL yang kini sudah masuk 100 Calendar of Events Wonderful Indonesia.
“Di tahun 2018, panitia mencoba merubah format, bagaimana kami yang berasal dari luar Kota bitung, agar bisa berkolaborasi dengan teman-teman di Kota Bitung sendiri agar dapat mengelola festival besar ini secara mandiri kedepannya, skala nasional ataupun internaisonal. Pada tahun tersebut kami membawa 13 tenaga ahli dengan 67 komunitas teman-teman vlog berproses selama dua bulan,” jelas Satria.
Di tahun 2019, kata Satria, tenaga ahli teknikal yang dibawa hanya empat orang, panitia lokal yang terlibat 120 orang dan 73 relawan.
“Kami juga mengundang tenaga ahli lain yakni di bidang media agar bisa berinteraksi. Hal yang menarik di tahun ini, banyak sekali relawan yang berasal bukan hanya dari Kota Bitung seperti Tomohon, Pulau Komodo dan Manado ingin berkontribusi karena mereka ingin belajar bagaimana mereka dapat berkomunikasi,” katanya.
Bahkan menurutnya, adanya pengakuan bahwa belum pernah terjadi atau menemukan kecuali dalam festival ini, festival ini sangat kompleks, karena banyak pihak yang terlibat entah dari pemerintah, partisipasi warga beserta komunitas lainnya.
“Ini suatu kebanggan tersendiri yang dimiliki kota ini hingga bisa menghasilkan iven yang kini menjadi 100 Calendar of Events Wonderful Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Albert atas nama panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait mensukseskan FPSL 2019, meskipun masih jauh dari kata sempurna.
“Kita tahu secara bersama, bahwa segala sesuatu acara akan ada terjadinya krikil dan batu-batu. Karena dibalik kesuksesan acara, pastinya akan ada krikil yang menjadi bahan pembelajaran bagi semua pihak yang ikut berpartisipasi,” katanya.
Pengalaman lanjut Albert, akan dievaluasi agar adanya perbaikan di FPSL tahun mendatang, pada intinya semua tim sudah bekerja dengan sangat baik, karena tim sudah melakukan pekerjaan untuk mencapai hasil yang semaksimal mungkin.
“Kekurangan yang ada akan menjadi perbaikan pada FPSL di tahun 2020 nanti,” katanya.
(abinenobm)