MANADO – Tampaknya kawasan pantai menjadi objek menarik investor untuk pengembangan usaha. Berdalih menunjang program pariwisata daerah dan target pendapatan asli daerah (PAD), para pengusaha dan pemerintah bersekongkol terus menimbun pantai yang dikemas dengan nama reklamasi.
Pengamat sosial masyarakat Taufik Tumbelaka berpendapat sederhana mengenai polemik reklamasi yang sebetulnya sudah belasan tahun terjadi di Kota Manado. Menurutnya, selama masih ada reklamasi maka perkelahian antara pemerintah dan masyarakat tidak akan berhenti.
“Kita tidak usah berpikir Amdal dan lain-lain yang membingungkan masyarakat, logikanya sederhana, masih banyak lahan di Kota Manado dan sekitarnya untuk pembangunan, kenapa harus reklamasi pantai? kan ini aneh,! tukas putra bungsu mantan gubernur pertama Sulut, FJ Tumbelaka kepada beritamanado, Jumat (21/01).
Jebolan Fisip UGM Yokyakarta ini memberikan contoh, saat pembangunan ruas Boulevard akhir tahun 1980, kawasan diseberang jalan depan Mantos dan Megamas adalah pemukiman kumuh yang bisa dibebaskan untuk pembangunan pusat perdagangan seperti yang ada sekarang tanpa melakukan reklamasi sepanjang pantai Boulevard.
“Pemerintah bisa saja melakukan pembebasan tanah kemudian dilakukan pergantian lahan yang layak kepada masyarakat, kemudian pantai tidak perlu direklamasi. Jika itu dilakukan pasti Manado saat ini akan lebih indah dengan mempertahankan simbol Manado kota pantai,” urainya.
Bang Taufik, panggilan akrabnya, menyarankan pemerintah agar segera menghentikan reklamasi pantai terutama di Kota Manado, karena sesudah pembangunan Jembatan Soekarno, nantinya akan dilanjutkan dengan pembangunan Boulevard II sepanjang pantai Manado Utara dari Sindulang sampai Molas.
“Jangan sampai pantai ini direklamasi lagi,” tukasnya tegas mengingatkan. (JRY)
MANADO – Tampaknya kawasan pantai menjadi objek menarik investor untuk pengembangan usaha. Berdalih menunjang program pariwisata daerah dan target pendapatan asli daerah (PAD), para pengusaha dan pemerintah bersekongkol terus menimbun pantai yang dikemas dengan nama reklamasi.
Pengamat sosial masyarakat Taufik Tumbelaka berpendapat sederhana mengenai polemik reklamasi yang sebetulnya sudah belasan tahun terjadi di Kota Manado. Menurutnya, selama masih ada reklamasi maka perkelahian antara pemerintah dan masyarakat tidak akan berhenti.
“Kita tidak usah berpikir Amdal dan lain-lain yang membingungkan masyarakat, logikanya sederhana, masih banyak lahan di Kota Manado dan sekitarnya untuk pembangunan, kenapa harus reklamasi pantai? kan ini aneh,! tukas putra bungsu mantan gubernur pertama Sulut, FJ Tumbelaka kepada beritamanado, Jumat (21/01).
Jebolan Fisip UGM Yokyakarta ini memberikan contoh, saat pembangunan ruas Boulevard akhir tahun 1980, kawasan diseberang jalan depan Mantos dan Megamas adalah pemukiman kumuh yang bisa dibebaskan untuk pembangunan pusat perdagangan seperti yang ada sekarang tanpa melakukan reklamasi sepanjang pantai Boulevard.
“Pemerintah bisa saja melakukan pembebasan tanah kemudian dilakukan pergantian lahan yang layak kepada masyarakat, kemudian pantai tidak perlu direklamasi. Jika itu dilakukan pasti Manado saat ini akan lebih indah dengan mempertahankan simbol Manado kota pantai,” urainya.
Bang Taufik, panggilan akrabnya, menyarankan pemerintah agar segera menghentikan reklamasi pantai terutama di Kota Manado, karena sesudah pembangunan Jembatan Soekarno, nantinya akan dilanjutkan dengan pembangunan Boulevard II sepanjang pantai Manado Utara dari Sindulang sampai Molas.
“Jangan sampai pantai ini direklamasi lagi,” tukasnya tegas mengingatkan. (JRY)