Ferry Liando
Manado, BeritaManado.com — Tahapan Kampanye Pemilihan Umum, baik di tingkat pusat maupun daerah akan segera dimulai pada 28 November 2023.
Partai Politik pun diminta tidak memainkan isu-isu yang dapat memicu munculnya rasa kebencian di tengah-tengah masyarakat.
Dosen Kepemiluan Universitas Sam Ratulangi Manado Ferry Liando, kepada BeritaManado.com, Kamis (23/11/2023) mengatakan bahwa tim kampanye dintingkat nasional maupun daerah sudah terbentuk.
“Kepada masing-masing Tim Kampanye, kiranya dapat berkompetisi secara sehat dan bertanggung jawab,” kata Ferry Liando.
Ditambahkannya, semua tim kampnaye tentu memiliki target agar capres masing-masing bisa menang.
Tapi cara untuk menang tidak harus menghalalkan segala cara.
Tidak boleh mengadu domba masyarakat dan jangan mengangkat isu-isu yang melahirkan rasa kebencian di masyarakat.
De gan kata lain menurut Ferry Liando, sesama Parpol peserta Pemilu jangan saling memprovokasi.
“Kampanye itu menawarkan program dan menawarkan calon terbaik. Namun demikian kampanye Jangan dilakukan dengan cara terlalu ekstrim memaksakan kehendak kepada rakyat pemilih untuk harus memilih calon tertentu,” tegas Liando.
Ia pun menyebutkan, bagi semua warga negara, memilih atau tidak memilih itu adalah hak.
UU Pemilu juga menyebut salah satu asas pemilu yaitu bebas.
Artinya pemilih bebas memilih calon yang ia sukai dan tidak akan memilih calon yang tidak disukai.
“Intinya jangan mengintimiadasi pemilih dengan uang suap atau barang lainnya dengan maksud memaksa mereka memilih calon tertentu,” katanya.
Kepada tim kampanye juga harus menghadirkan suasana sejuk dalam proses berdemokrasi.
Pemilu kebanyakan hanya dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan jabatan, setelah itu rakyat akan ditinggalkan.
Pengalaman Pilpres 2019, rakyat di adu domba saling membenci dan menghina satu sama lain.
Setelah Pilpres selesai para elit-elit yang awalnya berkompetisi tiba-tiba berpesta bersama dalam satu arena kekuasaan.
Sementara rakyat pemilih tetap dibiarkan berseteru dan bermusuhan satu sama lain.
“Tidaklah elok merebut kekuasaan dengan cara merusak kultur sosial bernegara,” tutup Liando.
(***/Frangki Wullur)