
Manado – Gubernur Sulut Dr Sinyo Harry Sarundajang (SHS) di saat merayakan Hari Ulang Tahunnya (HUT) ke-68 di kediaman Bumi Beringin Manado, Rabu (16/01), seakan terkenang dengan masa indah sewaktu menjadi Walikota Bitung. Acara HUT Gubernur yang dilangsungkan dengan semarak diwarnai dengan kesaksiannya yang menggugah hati para undangan yang hadir.
Berawal dari Tahun 1977 SHS waktu itu masih ber-usia 31 Tahun telah menjabat sebagai Sekda Kabupaten Minahasa.
Saya teringat tahun 1986 di panggil menghadap Gubernur Sulut CJ. Rantung untuk disiapkan menjadi Walikota Administratif (Kotib) Bitung. Tak lama kemudian atas usul Gubernur Rantung, Mendagri Rudini melantik SHS sebagai Walikota Administrasi Bitung, menggantikan pejabat lama KL Senduk, dengan tugas segera melahirkan Bitung menjadi kota otonom (Kota Madya Bitung), ujar Sarundajang.
Dalam kesaksiannya, Sarundajang seakan tidak percaya sebab hanya dengan APBD Rp. 300 Juta, mana mungkin bisa berkompetisi dengan 33 Kotib lainnya di Indonesia terutama yang ada di pulau Jawa masih lebih baik di banding dengan Bitung waktu itu.
“Saya waktu itu berada dalam posisi yang sulit, maju kena mundur pun kena, tapi apa boleh buat karena ini sebuah kepercayaan dari pimpinan tentunya harus saya laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab,” katanya.
Dengan memanfaatkan kunjungan Presiden Soeharto ke Bitung, saat singgah sebentar di rudis Walikota, SHS meloby Pak Harto memintakan agar Bitung dirubah statusnya menjadi Kota Madya. Loby SHS tersebut berbuah manis hanya menjelang empat tahun memimpin Kotib Bitung tepatnya tanggal 10 Oktober 1990 apa yang menjadi harapan Gubernur Rantung dan seluruh elemen warga kota pelabuhan, Bitung ditetapkan oleh Presiden Soeharto menjadi kota definitif, kata Sarundajang yang dikenal sebagai Ketua Umum Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Pusat.
Sementara dalam perjalan karier, sejak menjadi Karo Pemerintahan termuda dibawah Gubernur HV. Worang, kemudian menjabat Sekda Minahasa yang pada waktu itu Bupatinya juga dari militer, namun leadership sangat tinggi, dan itu banyak saya belajar dari mereka. Termasuk dari Pak Rantung, belajar seni berpemerintahan, itulah kenangan yang tak perlah dilupakan selama hidup.
Usai menjabat Walikota Bitung SHS melanjutkan karier birokratnya di pusat, hingga pernah dipercayakan sebagai staf khusus Mendagri bidang strategis, Irjen Depdagri, Gubernur Maluku dan Maluku Utara.
Terkait dengan kehidupan berumah tangga SHS tak lupa memuji isteri tercinta Ny. Deetje Sarundajang Laoh Tambuwun, Ibu dari Ivan, Vanda, Eva, Fabian dan Shinta ini merupakan kunci kesuksesan rumah tangga dari Keluarga Sarundajang Laoh Tambuwun.
Sarundajang juga berpesan, bahwa hidup kita hanya satu kali, karena itu selama Tuhan masih memberikan hidup kepada kita, nikmatilah hidup ini dengan sebagi-baiknya dan berbuat baiklah kepada semua orang.
Mantan Gubernur Sulut CJ. Rantung, juga mengakui SHS dimatanya sebagai sosok pemimpin yang cerdas dan pekerja keras. Buktinya, selama kepemimpinannya Sulut mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagai mantan anak buahnya, Rantung merasa bangga kepada SHS.
Peringatan HUT ke-68 SHS diperingati dalam suatu ibadah pemimpin liturgi Ketua Pucuk Pimpinan KGPM Gbl Tedius Kuemba Batasina, STh, khotbah Ketua Sinode GMIM Pdt Piet Tampie, MTh, doa masing-masing dari unsur Islam, Hi. Drs Ismail Tunai, Hindu DR. I Dewa Ketut Anom MSi, Budha Drs. Ridwan Sofyan serta Katolik Pastor Chris. Santi. Turut hadir Wagub Dr. Djouhari Kansil bersama Ibu, Konjen Philipina, Unsur Forkompimda, Bupati/Walikota, BKSAUA/FKUB dan para pejabat Pemprov. (*/Jrp)