Manado – Tekad dan semangat anak-anak muda yang ada di kabupaten terluar Sulawesi Utara, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud untuk berprestasi dibidang sepakbola patut diapresiasi lebih dari sekedar acungan jempol dan kata-kata mutiara, apalagi janji manis semata.
Mereka adalah anak-anak muda yang tergabung dalam Rainis Moong FC Talaud yang dilatih oleh Marswel Gedoan.
Hidup di daerah yang memiliki banyak keterbatasan, tak membuat mereka lantas menyerah untuk membawa nama harum desanya ketingkat provinsi, seperti yang terjadi pada awal Agustus 2017.
Tim ini berhasil menjadi perwakilan Kabupaten Kepulauan Talaud dalam ajang Liga Kemenpora tingkat Sulawesi Utara yang memperebutkan piala Pangdam XIII/Merdeka.
Tak mudah untuk bisa sampai di Manado.
Itulah awal kisah perjalanan Rainis Moong FC Talaud sebelum bisa tampil memukau di Stadion Klabat, seperti yang diceritakan Marswel Gedoan kepada BeritaManado.com beberapa waktu lalu saat dirinya dan tim berada di Manado.
“Rombongan kami 19 orang, termasuk pemain, pelatih dan official. Personil official kami adalah para ibu dari pemain yang siap ikut karena mereka yang bertugas mencuci baju pemain, memasak dan menyiapkan perlengkapan lainnya. Maklum, kami ke Manado dengan modal nekad karena tiket kapal kami swadaya tanpa uang saku,” ujar Marswel.
Bukan hanya kesulitan itu saja yang menarik perhatian, tapi tempat menginap rombongan ini begitu tiba di Manado, bukan hotel atau penginapan tapi Stadion Klabat.
Ya, tidak punya biaya untuk sewa penginapan, tim ini memutuskan untuk tidur beralaskan tikar di tribun Stadion Klabat, hingga kabar tersebut diteruskan oleh para anggota Kodim 1309/Manado kepada Dandim 1309/Manado Letkol Arm Johanis Toar Pioh.
“Memang benar. Kami sudah biasa kalau tidur cuma ba alas. Tapi kemudian, ada yang datang dan mengharuskan kami tidur di Hotel Permata Ria yang dekat stadion. Ternyata beliau Dandim 1309/Manado,” kata Marswel sambil tersenyum.
Lanjutnya, bukan hanya penginapan, bahkan untuk makan dan minum pun ditanggung oleh Toar Pioh yang dikenal begitu mencintai olahraga sepakbola dan catur.
“Dandim bahkan bilang, selama tim ini ada di Manado, maka kami ini tamu Toar Pioh bukan tamu Dandim. Jadi ada rasa haru dan bangga serta ucapan terima kasih yang luar biasa kepada beliau karena begitu mempedulikan kami, apalagi akan membantu kami menyediakan perlengkapan latihan yang diawali dengan bola latihan,” tambahnya.
Setelah mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk orangtua pemain, ternyata tim ini tidak mendapat dukungan apapun dari pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud.
“Kami bisa ke Manado karena murni swadaya orangtua pemain dan kami sebagai pelatih, tidak ada dari pemerintah. Saya bilang ke orangtua yang penting ada tiket pergi-pulang, makan nanti kita usahakan di Manado,” kata Marswel.
Ditanya alasan kenapa begitu bersemangat harus meneruskan kompetisi ketingkat provinsi, Marswel menjawab dengan penuh kebanggaan karena anak-anak Talaud berhak punya prestasi.
“Anak-anak ini sudah berusaha keras untuk bisa jadi juara di Talaud supaya bisa jadi wakil di provinsi. Makanya kami berusaha keras karena anak-anak di kepulauan bukannya tidak bisa berprestasi tapi kesempatan yang kurang. Jadi begitu kesempatan kami punya, kami harus maju,” tegasnya.
Diakhir percakapan, Marswel menyebut, inilah semangat kemerdekaan yang dimiliki anak-anak dari ujung Sulawesi Utara.
“Selain menjaga alam yang Tuhan beri bagi kami, dengan berprestasi kami menjaga semangat kemerdekaan Indonesia agar tetap ada di daerah perbatasan, biar rasa cinta kepada Indonesia tak pernah pudar,” tutupnya. (srisurya)