Manado – Peristiwa Permesta menjadi bagian dari sejarah Indonesia yang tidak boleh dilupakan. Bulan Mei merupakan bulan dimana Puncak Penyelesaian Permesta terjadi.
Untuk mengenang peristiwa tersebut sebagai sejarah, berikut informasi peristiwa tersebut yang didapat BeritaManado.com dari Taufik Tumbelaka, putra FJ Tumbelaka yang punya andil besar dalam peristiwa tersebut.
Tanggal 4 April 1961 terjadi pertemuan yang dijembatani oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara-Tengah, FJ ‘Broer’ Tumbelaka, antara Pangdam XIII Merdeka, BrigJend Soenandar Prijosoedarmo dengan tokoh besar permesta DJ Somba bertempat diantara Lopana-Malenos, Minahasa Selatan.
Selain pertemuan itu di lokasi yang sama diadakan Penandatangan Permesta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi dan Pangdam menerima defile Pasukan Permesta bersenjata lengkap.
Peristiwa ini diikuti dengan turun gunungnya sekitar 25.000 pasukan permesta dengan sekitar 7000 pucuk senjata. Diantara mereka, menurut DJ Somba ada sekitar 3000 orang yang disalurkan ke TNI Angkatan Darat.
Peristiwa 4 April 1961 ini diawali dengan Pertemuan di rumah pribadi Panglima Divisi (sekarang Pangdam) Brawijaya, Kolonel Soerachman dengan FJ ‘Broer’ Tumbelaka (sebagai orang sipil, mantan Perwira Senior dari Divisi Brawijaya) di Jalan Ijen No 44 Kota Malang, Jawa Timur.
Dari pertemuan di medio bulan Oktober 1959 antara dua sahabat ini muncul gagasan penyelesaian damai pergolakan Permesta.
Pada 5 Januari 1960, setelah melalui rapat antar Perwira Penting dari Divisi Brawijaya, FJ ‘Broer’ Tumbelaka diberangkatkan ke Manado dari Bandara Tanjung Perak, Surabaya dengan misi khusus dan sangat rahasia.
Tanggal 15 Maret 1960 di desa Matungkas Tonsea, sekarang Minahasa Utara, di rumah keluarga Polii (orang tua mantu Bapak Sompie SF Singal, mantan Bupati Minahasa Utara, terjadi pertemuan sangat rahasia Pertama antara FJ ‘Broer’ Tumbelaka dan sahabat lamanya, tokoh besar permesta, DJ ‘Joes’ Somba.
Hasil Pertemuan Pertama tersebut dilaporkan kepada Panglima Divisi Brawijaya dan selanjutnya dilaporkan kepada MKN/ Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal AH Nasution. Hasilnya dibuat rapat khusus yang di pimpin BrigJend Ahmad Jani.
Pada 25 Mei 1960, secara mendadak FJ ‘Broer’ Tumbelaka dilantik menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tengah dengan Tugas Khusus di Bidang Keamanan.
Selanjutnya FJ. Tumbelaka melakukan pertemuan sangat rahasia ke-2 di Popareng, Teluk Amurang, sekarang Minahasa Selatan dengan tokoh permesta DJ Somba, Abe Mantiri dan Wim Tenges.
Setelah melakukan serangkaian pertemuan-pertemuan sangat rahasia di wilayah yang dikuasai Permesta, maka pada Pertemuan ke 10 pada 4 April 1961, di lapangan upacara antara Lopana-Malenos Minahasa Selatan terjadi Penandatanganan Naskah Penyelesaian.
Setelah itu dirangkaikan dengan Kedatangan Jenderal paling senior dari TNI-AD, Mayor Jenderal Hidayat guna menerima tokoh besar permesta AE Kawilarang di Upacara Militer pada 14 April 1961 di Woloan, sekarang Tomohon.
Selanjutnya pada 11 Mei 1961, MKN/Kasad Jenderal AH Nasution tiba di Manado. Keesokan harinya 12 Mei 1961 FJ ‘Broer’ Tumbelaka mempertemukan secara khusus Jenderal AH Nasution yang didampingi Pangdam XIII Merdeka dan Wagub Sulutteng FJ Tumbelaka dengan Tokoh Besar Permesta AE Kawilarang di Tomohon pada 12 Mei 1961.
Setelah pertemuan itu Jenderal AH Nasution melanjutkan perjalanan ke Papakelan – Tondano, Minahasa guna menjadi Inspektur Upacara Penerimaan Pasukan Permesta bersenjata lengkap dalam suatu upacara militer.
Upacara ini sebagai puncak dari Penyelesaian Pergolakan Permesta. (srisurya)