MINUMAN keras tradisional Cap Tikus seakan menjadi momok bagi aparat kepolisian yang kini lagi mengangkat trend ber-tagline “Brenti Jo Bagate”. Polda Sulut dan jajaran memang perlu berusaha keras membasmi penyakit mabuk dari tengah masyarakat, karena kebiasaan menenggak Cap Tikus sejatinya sudah membudaya bagi warga Minahasa dan Sangihe sejak 2 abad silam.
Budayawan Jessy Wenas di blog Kerukunan Keluarga Pakasaan Remboken menulis minuman beralkohol tinggi itu dibuat sendiri oleh petani seho dari daratan Minahasa dan Sangir, tanpa ada campuran kimia apapun. Konon dalam legenda warga Minahasa, menurut Jessy, diyakini Cap Tikus adalah ciptaan dewa. Berikut petikan tulisan Jessy di situs remboken.com
Namanya Dewa Makawiley sebagai dewa saguer pertama. Kemudian ada juga dewa saguer yang bernama Kiri Waerong yang dihubungkan dengan pembuatan gula merah dari saguer yang dimasak. Dewa saguer yang ketiga adalah dewa Parengkuan yang dihubungkan dengan air saguer yang menghasilkan Cap Tikus. Parengkuan mempunyai kata asal “rengku” artinya, minum sekali teguk ditempat minum yang kecil. Dari arti kata tersebut maka orang Minahasa menyakini bahwa Parengkuan adalah orang Minahasa pertama yang membuat minuman Cap Tikus.
Minuman keras tradisionil Minahasa ini pada mulanya bernama sopi. Namun, sebutan Sopi berubah menjadi Cap Tikus ketika orang Minahasa yang mengikuti pendidikan militer untuk menghadapi perang Jawa, sebelum tahun 1829, menemukan Sopi dalam botol-botol biru dengan gambar ekor tikus. Sopi dijual oleh para pedagang Cina di Benteng Amsterdam Manado.
Dalam upacara naik rumah baru, para penari Maengket menyanyi lagu Marambak untuk menghormati dewa pembuat rumah, leluhur Tingkulendeng. Tuan rumah harus menyodorkan minuman Cap Tikus kepada Tonaas pemimpin upacara adat naik rumah baru sambil penari menyanyi “tuasan e sopi e maka wale”, artinya tuangkan Cap Tikus wahai tuan rumah.
Minuman keras ini bahkan terkenal hingga ke negeri Ternate. Keterangan mengenai Cap Tikus di Ternate ditulis oleh juru tulis pengeliling dunia Colombus dari Spanyol bernama Antonio Pigafetta. Setelah kapal mereka melalui dua buah pulau Sangir dan Talaud lalu 15 Desember 1521 mereka tiba di pelabuhan Ternate dan dijamu Raja Ternate dengan minuman arak yang terbuat dari air tuak yang dimasak.
Kendati buku “Perjalanan keliling dunia Antonio Pigafetta” terbitan tahun 1972 halaman 127-128 tidak menjelaskan dari mana Raja Ternate mendapatkan minuman Cap Tikus, namun Perlu ditelisik masyarakat Ternate tidak punya budaya “Batifar” hingga kemungkinan besar minuman Cap Tikus sama halnya dengan beras yang didatangkan ke Ternate dari Minahasa. (remboken.com/ady)