Manado, BeritaManado.com — Kerapatan Gereja Protestan Minahasa atau KGPM sejak dulu adalah gereja merah.
KGPM yang konsisten melawan penjajahan Belanda dan hadir sebagai gereja perjuangan menjadi alasan gereja ini identik dengan merah.
Anggota Dewan Pertimbangan KGPM, Markus Wauran, menegaskan hal itu.
Menurut Markus Wauran, merah sesuai lambang bendera Indonesia yang berarti berani.
KGPM sendiri, lanjut Markus, dibentuk sebagai gereja kebangsaan dan berjuang merebut kemerdekaan Indonesia di wilayah Sulawesi Utara (Sulut).
“Jadi sejak dulu riasan KGPM itu memang gereja merah. Gereja yang berani melawan penjajahan. Sangat keliru kalau dikaitkan dengan parpol atau ada dihubungkan dengan organisasi tertentu,” jelas Markus kepada BeritaManado, Kamis (7/7/2024).
Markus menceritakan, KGPM berdiri karena kegigihan orang-orang Minahasa yang ingin melepaskan diri dari Belanda.
Maklum, lanjut Markus, dulu kala gereja hanya didominasi oleh milik Belanda yang bernama Indische Kerk.
Indische Kerk waktu itu tidak mengakomodir warga lokal menjadi petinggi gereja.
Bahkan, kata Markus, orang Minahasa dilarang menjadi pendeta dan Indische Kerk sepenuhnya dalam penguasaan Belanda.
“Sehingga masyarakat pribumi sadar Indische Kerk hanyalah upaya Belanda mempertahankan penjajahan,” terangnya.
Akhirnya, keputusan membentuk gereja sendiri pun lahir.
“Kalau tidak salah, rapat pertama pendirian gereja (KGPM) belangsung Maret 1933,” ujar Markus.
Dikatakan, rapat tersebut dihadiri tiga tokoh penting Minahasa seperti Sam Ratulangi, AA Maramis dan dr Tumbelaka.
Markus melanjutkan, rencana itu mendapat dukungan luar biasa dari tokoh-tokoh Minahasa dan singkat cerita, pada April 1933 KGPM resmi ada.
“Sejak itu pun, KGPM banyak mendapatkan berbagai intimidasi dari Belanda. Namun, karena merupakan gereja perjuangan, warga KGPM tetap gigih melawan segala bentuk penjajahan hingga Indonesia merebut kemerdekaan,” tandasnya.
(Alfrits Semen)