Manado – Gubernur Sulawesi Utara Dr Sinyo Harry Sarundajang menyatakan kebanggaannya kepada perwakilan Jerman karena mengangap daerah ini sebagai contoh kerukunan di Indonesia. Hal ini disampaikannya saat membuka Indonesia-Germany Interfaith and Intercultural Dialogue III di ruang Mapalus Kantor Gubernur, Selasa (9/4).
“Kami sangat beruntung untuk dapat hidup di daerah di mana masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya dapat hidup saling berdampingan satu dengan yang lain secara harmonis, tanpa mengalami konflik yang berarti dalam bentuk apapun selama ini, termasuk konflik agama,” ujar Sarundajang.
Dia menambahkan, kebanggaannya ini karena pada beberapa waktu yang lalu daerah kami pernah menjadi pusat dari daerah konflik sekitar Provinsi ini seperti yang terdapat di Maluku dan Maluku Utara, sebelah selatan terdapat Poso (Sulteng), dan di Utara terdapat Philipina Selatan.
Akan tetapi daerah ini tidak terpengaruh oleh mereka, melainkan Provinsi Sulut telah menjadi tempat pengugsian bagi para korban dari daerah konflik tersebut. Selama ini Sulut dapat mempertahankan kondisi ini dikarenakan oleh pengertian masyarakat, bahwa kekerasan tidak akan dapat penyelesaikan apapun, namun sebaliknya dialog yang damai dan saling pengertian akan dapat membawa kita untuk bersatu serta menyelesaikan masalah dan isu yang dapat terjadi, termasuk saling melindungi satu sama lainnya dari bahaya dan gangguan dari luar. Jelas mantan Gubernur Maluku dan Maluku Utara ini.
Karena itu dia sangat setuju dengan topik dialog, “Memajukan Kerjasama Keagamaan dan Kebudayaan Melalui Pendidikan”.
“Karena saya yakin apabila kita telah diberikan pendidikan mengenai peradaban kita masing-masing maka kita dapat menyesuaikan dengan persamaan kita sehingga solusi dapat ditemukan untuk menyelesaikan konflik dalam bentuk apapun dan bukan membuatnya semakin rumit,” kata Sarundajang.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Dubes RI di Jerman DR. Eddy Pratomo, Direktur Diplomasi ke-Dubes Jerman di Indonesia merangkap Ketua Delegasi Mr DR Heinrich Kreft, Prof Mark Chalil Bodenstein dari Universitas Frankfurt, Prof Claudia Derichs dari Universitas Marburg, Hanane El Boussadani Universitas Munsters, Prof Albrecht Fuess Universitas Malburg, Dr Detlef Gorrig perwakilan Gereja Jerman, Dr Des Tuba Isik Universitas Paderborn, Prof Dr Achmad Gunaryo Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI, KH Dr Cholil Nafis PB Nahdatul Ulama, Drs Imam Addaruqutni, PP Muhammadyah, Forkopimda Sulut, serta Pimpinan Agama di Sulut. (Jrp)