Marore – Puskesmas induk di Pulau Marore, Kecamatan Marore, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara sukses mengobati 17 penderita kusta di wilayah kerjanya. “Penderita kusta yang kami sembuhkan di Pulau Kawaluso 13 orang dan terakhir di Pulau Marore sebanyak 4 orang,” kata Kepala Puskesmas Marore, Berwin Samalam, Selasa (12/6).
Dia mengatakan, awalnya mengalami kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada penderita agar mereka intens melakukan pengobatan untuk proses penyembuhan. Beberapa di antaranya, kata dia, ada yang langsung menolak dan memilih mengucilkan diri dari pada disentuh pengobatan intensif. “Tapi kami bersyukur secara perlahan ketika kami beri penyadaran dan didukung oleh keluarga penderita mereka bisa memahami dan mulai berobat hingga sembuh,” kata dia.
Dia mengatakan, berhasilnya pengobatan tak lepas dari tenaga medis yang ditempatkan di puskesmas Marore dan secara bergantian melakukan pelayanan kesehatan ke pulau lainnya yang masuk wilayah kerja puskesmas Marore. Meski demikian menurut dia, apabila ada rencana melakukan penambahan tenaga medis ke puskesmas Marore, pemerintah kabupaten hendaknya menempatkan tenaga medis siap pakai sehingga langsung berhadapan dengan pekerjaan melayani pasien.
“Kalau baru selesai studi, tidak dibekali dengan pengalaman akan mengalami kesulitan. Hal ini penting karena tuntutan pekerjaan melayani pasien sangat tinggi dan butuh pengalaman,” ungkapnya.
Dia menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan kepada penderita kusta dan penyakit lainnya, puskesmas induk tidak pernah mengalami kendala dan kehabisan stok. “Stok kami bisa sampai beberapa bulan. Sebelum habis kami siap-siap melakukan permohonan kepada pemerintah untuk pengadaannya,” ungkapnya.(dan)
Marore – Puskesmas induk di Pulau Marore, Kecamatan Marore, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara sukses mengobati 17 penderita kusta di wilayah kerjanya. “Penderita kusta yang kami sembuhkan di Pulau Kawaluso 13 orang dan terakhir di Pulau Marore sebanyak 4 orang,” kata Kepala Puskesmas Marore, Berwin Samalam, Selasa (12/6).
Dia mengatakan, awalnya mengalami kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada penderita agar mereka intens melakukan pengobatan untuk proses penyembuhan. Beberapa di antaranya, kata dia, ada yang langsung menolak dan memilih mengucilkan diri dari pada disentuh pengobatan intensif. “Tapi kami bersyukur secara perlahan ketika kami beri penyadaran dan didukung oleh keluarga penderita mereka bisa memahami dan mulai berobat hingga sembuh,” kata dia.
Dia mengatakan, berhasilnya pengobatan tak lepas dari tenaga medis yang ditempatkan di puskesmas Marore dan secara bergantian melakukan pelayanan kesehatan ke pulau lainnya yang masuk wilayah kerja puskesmas Marore. Meski demikian menurut dia, apabila ada rencana melakukan penambahan tenaga medis ke puskesmas Marore, pemerintah kabupaten hendaknya menempatkan tenaga medis siap pakai sehingga langsung berhadapan dengan pekerjaan melayani pasien.
“Kalau baru selesai studi, tidak dibekali dengan pengalaman akan mengalami kesulitan. Hal ini penting karena tuntutan pekerjaan melayani pasien sangat tinggi dan butuh pengalaman,” ungkapnya.
Dia menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan kepada penderita kusta dan penyakit lainnya, puskesmas induk tidak pernah mengalami kendala dan kehabisan stok. “Stok kami bisa sampai beberapa bulan. Sebelum habis kami siap-siap melakukan permohonan kepada pemerintah untuk pengadaannya,” ungkapnya.(dan)