Manado, BeritaManado.com – Rencana reklamasi di wilayah Manado Utara kembali menjadi sorotan ketika puluhan individu mengklaim sebagai komunitas masyarakat dan nelayan pesisir Karangria, yang secara mengejutkan menyatakan dukungan mereka terhadap proyek kontroversial tersebut.
Namun, klaim ini langsung disanggah oleh Roi Runtuwene, yang merupakan Ketua Himpunan Nelayan Tongkol.
“Dalam konteks ini, tidak ada nelayan yang mendukung rencana reklamasi di Manado Utara. Semua nelayan menolak,” tegas Roi Runtuwene dalam pernyataannya pada hari Sabtu (25/5/2024).
Runtuwene menambahkan bahwa dalam pengamatannya, mayoritas dari mereka yang menghadiri pertemuan tersebut bukanlah nelayan, melainkan sebagian besar adalah pedagang dan pendatang.
“Yang lebih memprihatinkan, orang yang mengklaim sebagai koordinator nelayan ternyata adalah seorang pensiunan ASN dari bidang pertanahan,” ungkap Runtuwene dengan nada kekecewaan.
Menurutnya, kehadiran mereka mayoritas hanya terkait dengan upaya untuk mendapatkan keuntungan finansial dari pihak pengembang proyek reklamasi.
“Mereka tidak sepenuhnya memahami konsekuensi jangka panjang dari proyek ini, karena mereka tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai gambaran keseluruhan mengenai rencana reklamasi,” tambah Runtuwene, yang semakin bersemangat dalam menyuarakan penolakannya.
Ia juga menegaskan bahwa Himpunan Nelayan Tongkol merupakan komunitas nelayan terbesar yang berada di wilayah tersebut.
Runtuwene menyoroti masalah penting terkait rencana reklamasi tersebut, yaitu kemana akan berlabuhnya para nelayan setelah wilayah mereka direklamasi.
“Ini adalah pertanyaan yang harus dijawab: Kemana para nelayan akan pergi setelah wilayah mereka direklamasi? Ini akan menjadi beban yang besar bagi generasi mendatang,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Dalam upaya untuk menyuarakan penolakan mereka terhadap rencana reklamasi, beberapa nelayan yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Tongkol melakukan aksi demonstrasi dengan cara membakar atribut-atribut yang mengklaim dukungan dari komunitas masyarakat pesisir dan nelayan Karangria terhadap proyek reklamasi tersebut.
“Kami bersatu dalam penolakan kami terhadap rencana reklamasi ini, dan kami siap untuk melawan, bahkan jika itu berarti berhadapan dengan dinding beton,” tegas Runtuwene dengan penuh keyakinan.
Dengan penolakan yang semakin menguat, wacana mengenai rencana reklamasi di Manado Utara masih menjadi topik hangat yang memicu perdebatan antara pihak yang mendukung dan menentang proyek tersebut.
Keprihatinan akan dampak jangka panjangnya terhadap lingkungan dan mata pencaharian masyarakat setempat masih menjadi perhatian utama dalam diskusi ini.
(Jhonli Kaletuang)