Manado, BeritaManado.com — Pesta Rakyat 2024 yang digelar di kawasan pohon kasih Megamas Manado, Sabtu (25/5/2024) disorot.
Pemerhati Sosial dan Budaya Sulut, Ruben Saerang, menilai pesta rakyat itu terkesan glamour dan dilakukan saat masyarakat Sitaro masih dilanda kesedihan karena bencana erupsi Gunung Ruang.
Bahkan kata Ruben, pesta rakyat dengan tajuk Charity for Sitaro tersebut tidak mencerminkan kepedulian sosial kepada ribuan warga Sitaro yang sedang bersedih.
“Mereka berpesta dengan musik ala dunia gemerlap malam (dugem). Sementara saudara-saudara kita di Sitaro masih khawatir dan trauma karena baru saja dilanda bencana,” tegas Ruben, Minggu (26/5/2024).
Selain itu, lanjut Ruben, pesta rakyat dengan bintang utama Whisnu Santika ini jauh dari kesan merakyat.
Itu karena aliran musik yang ditampilkan hanya bisa dinikmati kalangan khusus bukan semua golongan.
“Kalau memang peduli dengan Sitaro, sebaiknya yang dilakukan adalah doa bersama lintas agama. Bukan pesta duniawi seperti itu,” kritik Ruben.
Menurut Ruben, tidak masalah membuat konser atau pesta apapun bentuknya, asalkan melihat waktu dan saling menghargai.
“Ini jauh dari budaya masyarakat Sulut yang selalu menjunjung tinggi toleransi dan menghargai sesama,” bebernya.
Ruben pun menyayangkan dalam pesta rakyat juga terjadi tindak penganiayaan penikaman.
“Kasihan kalau ujung-ujungnya ada yang jadi korban,” tandasnya.
(Alfrits Semen)