Bitung – Kebijakan Pemkot merelokasi Pasar Girian ke Pasar Pinasungkulan Sagerat dinilai telah mengorbankan warga Kecamatan Pinasungkulan. Hal ini disampaikan Petrus ‘Tole’ Rumbayar dari LSM Sakti, Senin (11/3) kepada beritamanado.com.
“Saya tidak menentang apalagi menolak kebijakan relokasi Pasar Girian, tapi sayang kebijakan tersebut tidak melewati kajian matang sehingga mengorbankan satu kecamatan yakni Kecamatan Ranowulu,” kata Rumbayar.
Rumbayar menilai, dari segi biaya transportasi, warga Keacamatan Ranowulu sangat dirugikan semenjak pasar dipindahkan ke Sagerat. Mengingat warga harus mengeluarkan biaya tambahan dan jauh lebih mahal jika dibandingkan ketika menuju Pasar Girian.
“Apa Pemkot melakukan perhitungan biaya trasportasi yang harus dikeluarkan warga pasar dipindah ke Sagerat,” katanya.
Dari hasil hitung-hitungan Rumbayar, rata-rata warga Kecamatan Ranowulu harus mengeluarkan Rp10 ribu hingga Rp20 ribu lebih untuk pulang pergi ke Pasar Pinasungkulan. Sedangkan ketika pasar masih di Pasar Girian, warga hanya mengeluarkan biaya Rp6 ribu hingga Rp10 ribu pulang pergi.
“Dari Kelurahan Pinokalan saja biaya trasport pulang pergi ke Pasar Girian Rp6 ribu tapi kini apa sopir masih mau dibayar dengan Rp6 ribu pulang pergi ke Pasar Pinasungkulan,” katanya.
Itu baru Kelurahan Pinokalan, sedangka kelurahan lainnya seperti Pinasungkulan, Danowudu, Dua Sudara, Batuputih Atas dan Bawah, Apela serta Karondoran menurut Rumbayar jauh lebih mahal lagi. “Biaya ojek menuju Padar Pinasungkulan dari Pinokalan Rp20 ribu hingga Rp25 ribu,” katanya.
Lebih lanjut Rumbayar mengaku tidak menolak apalagi menentang kebijakan Pemkot merelokasi Pasar Girian. Tapi sayangnya kebijakan tersebut dinilai tidak memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat.(enk)