Kawangkoan, BeritaManado.com — Ada satu hal menarik yang patut disimak dari gelaran Konferensi VII dan Pertemuan Raya Kaum Bapak Katolik Keuskupan Manado 15-17 Juli 2022 di Kawangkoan.
Selain kemacetan di jalan raya, hal lain yang sangat terasa adalah dampak ekonomi yang dirasakan langsung oleh warga Kawangkoan, tidak hanya umat Katolik, namun juga jemaat dari gereja lain.
Jika mengacu pada estimasi panitia, bahwa Anggota KBK Keuskupan Manado yang hadir selama 3 hari di Kawangkoan mencapai 15 ribu orang.
Angka tersebut belum termasuk pengunjung dan suporter lomba yang juga setiap hari membanjiri pusat kota Kawangkoan dan lokas perlombaan di wilayah Kecamatan Tompaso dan Tompaso Barat.
Pada hari ketiga, jumlah umat Katolik yang masuk Kawangkoan diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat dari jumlah KBK Keuskupan Manado yang mengikuti kegiatan Konferensi VII dan Pertemuan Raya.
Salah satu warga Kawangkoan sekaligus pengusaha kuliner di Pusat Kita Kawangkoan yang juga adalah Ketua Komisi Pria Kaum Bapak (KPKB) Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) Penatua Stefen Supit turut mengakui bahwa memang benar dampak ekonomi dari kegiatan tersebut sangat terasa.
“Kita mengacu saja pada jumlah anggota KBK yang ikut kegiatan selama tiga hari yaitu 15.000 orang. Jika setiap orang dalam satu hari mengeluarkan uang sebanyak Rp 100.000, maka itu artinya ada Rp 300.000. Jika Rp 300.000 dikalikan dengan 15.000 orang, maka perputaran uangencapai Rp. 4,5 milyar,” kata Pnt Stefen Supit.
Sebagai warga Kawangkoan, Pnt Stefen Supit mengaku bangga dengan pelaksanaan kegiatan Konfernsi VII dan Pertemuan Raya KBK Keuskupan Manado.
“Ini suatu kenyataan yang tak terbantahkan, bahwa hajatan ini menunjukkan sangatbluar BB iasa anugerah Tuhan. Saya bisa mengatakan bahwa acara ini menjadi yang terbesar di Kawangkoan dan layak masuk dalam catatan sejarah. Entah berapa tahun lagi akan terulang, yang jelas saya pribadi mengucapkan terima kasih banyak KBK Keuskupan Manado telah membuat Kawangkoan menjadi pusat perhatian warga dari tiga provinsi yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah,” tuturnya.
Penatua Stefen Supit sendiri mengakui bahwa sukses penyelenggaraan kegiatan Konferensi VII dan Pertemuan Raya KBK Keuskupan Manado adalah buah dari kerjasama yang solid dari element umat Katolik sendiri bersama sahabat-sahabat dari denominasi gereja lain.
(Frangki Wullur)