Manado, BeritaManado.com — Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei oleh setiap warga Negara Indonesia, merupakan hari untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan khususnya di bidang Pendidikan salah satunya Ki Hajar Dewatara yang di telah ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan nasional.
Hal ini dikatakan langsung oleh Akademisi Universita Negeri Manado (Unima) Dr Meiske Rinny Liando SPd MPd saat diwawancarai BeritaManado.com, Sabtu (2/5/2020).
“Pendidikan pada umumnya beorientasi memberikan bekal kepada peserta didik untuk mencapai sesuatu yang berguna,” kata Meiske Rinny Liando.
Lebih lanjut, Meiske Liando menjelaskan konsep dan antusias pendidikan seharusnya dikembangkan untuk merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal agar didalamnya peserta didik mengenyam pendidikan tidak hanya bertumpuh kepada sesuatu yang tidak jelas tetapi pada produk pendidikan yang menjanjikan.
“Pendidikan sangat penting untuk memajukan dan mensejahterakan bangsa, oleh karena itu dibutuhkan desain pendidikan Nasional yang bermutu. Penegasan ini diperkuat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan,” jelas Meiske Liando.
Liando juga menuturkan makna dibalik diperingatinya Hardiknas di setiap tanggal 2 Mei, agar semua masyarakat bisa memaknai pendidikan yang sesungguhnya.
“Tujuannya adalah untuk memperkuat komitmen seluruh rakyat akan pentingnya strategi pendidikan bagi peradaban dan daya saing bangsa, seperti filosofi Ki Hajar Dewantara dalam melaksanakan dasar dan arah pendidikan bangsa serta meningkatkan rasa Nasionalisme,” ujarnya.
Berbicara mengenai sistem pendidikan di Sulawesi Utara (Sulut), Liando menyebutkan masih di bawah rata-rata atau kurang bahkan memprihatinkan.
“Katakanlah kelulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang jauh di bawah rangking Nasional,” ucapnya.
Lebih fatal lagi, Ia melanjutkan hasil buruk dibidang pendidikan Sulut, uji kompetensi guru, uji kompetensi kepala sekolah dan nilai ujian Nasional berbasis Komputer (UNBK) yang juga sangat rendah.
“Ini semua adalah gambaran kegagalan sektor pendidikan di Sulut, jika tidak cepat-cepat diatasi maka pendidikan di Sulut akan menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak memadai,” tegasnya.
Ia juga menambahakan, data di atas menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan hingga kini belum terpecahkan dengan baik.
“Marilah kita di peringatan hari pendidikan Nasional ini kita jadikan momentum introspeksi diri serta lebih menanamkan semangat berinovasi dan berkreasi agar penyelenggaraan pendidikan kedepan makin lebih baik,” tandasnya.
(Rei Rumlus)