Bitung – Walikota Bitung, Hanny Sondakh dinilai lebih takut kepada sopir Angkutan Kota (Angkot) Bitung. Itu terbukti dari revisi Surat Keputusan (SK) Walikota Nomor 188.45/HKM/SK/25/2015 tanggal 19 Januari 2015 tentang penyesuaian kembali tarif angkutan kota dan tarif angkutan penyeberangan di Kota Bitung karena ditolak para sopir Angkot.
“Sangat memalukan, Walikota lebih takut terhadap sopir Angkot daripada aturan. Buktinya SK penyesuaian yang telah diterbitkan kembali dirubah hanya karena para sopir tak menerimanya,” kata salah satu kader GMNI Kota Bitung, Edwin Tumurang, Kamis (12/2/2015).
SK penyesuaian tarif Angkot yang sebelumnya ditetapkan Rp3100 untuk penumpang umum dan Rp2100 untuk pelajar kata Tumurang, kini dirubah mengikuti keinginan para sopir Angkot menjadi Rp3500 untuk penumpang umum dan Rp2500 untuk pelajar.
“Padahal SK sebelumnya sudah dikaji sesuai dengan rumus perhitungan penyesuaian tarif yang berdasar pada aturan, tapi sayang walikota lebih mendengar permintaan para sopir Angkot daripada menjalankan aturan yang telah diSKan,” katanya.
Tak hanya soal tarif, menurut Tumurang, bukti lain jika walikota sangat tunduk terhadap para sopir Angkot adalah pengaturan trayek Angkot yang hingga kini tak dijalankan kendati sudah ada aturannya. Itu semata-mata karena walikota tak berani untuk mengatur para sopir Angkot yang jelas-jelas menolak kebijakan pengaturan trayek itu.
“Salah satu tugas pemimpin adalah mengatur seluruh warganya bukan diatur salah satu kelompok seperti sopir Angkot. Kalau memang kebijakan itu untuk kebaikan bersama kenapa harus takut memberlakukannya,” katanya.(abinenobm)