Manado, BeritaManado.com — Jumlah partisipasi pemilih di Sulut mencapai 78% dari 1,8 juta pemilih. Hal ini berdasarkan laporan Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, kepada Kementerian Dalam Negeri melalui Video Conference, Kamis (18/4/2019).
Dengan kata lain, sebanyak 22% pemilih yang terdaftar tidak menggunakan hak pilih nya. 22% dari sekitar 1.8 juta pemilih, berarti ada kurang lebih 400.000 warga tidak menggunakan hak pilihnya, hampir 1/4 jumlah orang yang memiliki hak pilih.
Memang angka tersebut relatif lebih sedikit dari jumlah partisipasi pemilih, angka tersebut juga melampaui target KPU RI yang mengharapkan jumlah partisipasi pemilih nasional lebih dari 77,5%.
Namun, jumlah 22% tersebut dapat dibilang cukup banyak. Padahal, masa kampanye pada Pemilu 2019 memakan waktu yang sangat lama dan energi yang begitu besar.
Dengan masa kampanye yang lebih lama, diharapkan jumlah partisipasi pemilih melonjak tajam dan mengikis angka golput.
Faktanya, memang antusias warga lebih nampak pada pemilu kali ini, tetapi sebanyak 22% tak menggunakan hak pilih, artinya masa kampanye yang menguras waktu dan tenaga tak berhasil secara signifikan menekan jumlah Golput.
Namun demikian, Akademisi Hukum Unsrat, Toar Palilingan SH MH kepada BeritaManado.com, menilai ada kenaikan partisipasi pemilih hampir 10% patut diberikan apresiasi.
“Pada Pemilu 2014 hanya 69,78% yang menggunakan hak pilih, sedangkan Pemilu 2019 menjadi 78%, berarti ada kenaikan signifikan, namun masih ada 22% yang tidak menggunakan hak pilih dengan berbagai alasan,” ujar Toar Palilingan SH MH.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan masih banyaknya Golput meski angkanya menurun.
Menurutnya, salah satu alasan seseorang menjadi golput adalah tidak adanya idola atau figur bagi kalangan muda, atau ada calon-calon yang tidak populer, ataupun tidak dikenal luas. Sehingga, menurutnya, bagi anak muda yang apatis terpicu untuk tidak berpartisipasi dalam Pemilu 2019.
“Ada juga alasan lain seperti kompetisi partai/calon di wilayah tertentu tetapi tidak sepenuh hati memberikan diri kepada anak muda yang merupakan golongan terbanyak dalam pemilu tahun ini,” ujar Toar Palilingan.
Masih kata Toar Palilingan, Ia menilai tahun ini banyak generasi muda yang tidak tertarik lagi mengikuti pemilu karena merasa banyak calon yang tidak memaparkan visi-misi untuk kemajuan bangsa indonesia, melainkan hanya memberikan janji-janji palsu untuk meraup minat serta dukungan dari masyarakat di saat kampanye.
“Dalam hal ini, diperlukan solusi seperti KPU Goes To Campus. Mengapa? Karena banyak pemilih pemula yang tidak paham atau tidak mengerti dengan visi-misi serta program dari para calon, sehingga tidak peduli dan memilih untuk golput. Kedepan, perlu adanya sosialisasi di tiap daerah karena ada sebagian orang yang memang tidak mengetahui sama sekali tentang Pemilu,” pungkas Toar Palilingan SH MH.
(PaulMoningka)