Manado, BeritaManado.com — Menyikapi peristiwa di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), Akademisi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Toar Palilingan SH MH berharap, TNI Polri maupun pihak penyelenggara Pemilu 2024 dapat bertindak tegas.
Masa kampanye jelang pencoblosan Februari 2024 menjadi titik fokus, di mana kata dia, semua peserta Pemilu 2024 telah berkomitmen untuk menciptakan pemilu yang aman dan damai.
Dalam konteks ini, kekhawatiran muncul terkait potensi provokasi oleh oknum yang tidak mendukung kesuksesan pemilu aman dan damai.
Sementara terbatasnya aparat keamanan juga menjadi pertimbangan serius akan pentingnya ketegasan aparat dalam menghadapi Pemilu 2024.
“Bisa dibayangkan jika keserentakan penyelenggaraan pemilu di provokasi oleh oknum-oknum yang tidak menginginkan suksesnya pemilu 2024 yang aman dan damai, apalagi aparat keamanan kita sangat terbatas. Makanya kami minta TNI Polri maupun penyelenggara harus bertindak tegas,” ungkap Toar Palilingan, kepada BeritaManado.com, Senin (27/11/2023).
Toar Palilingan juga mencermati peran kritis Intel, menekankan pentingnya deteksi dini terhadap potensi gangguan, guna memungkinkan tindakan antisipasi yang efektif.
Insiden di Bitung pun menjadi cerminan akan pentingnya peran Intel dalam hal ini.
“Intel harus mengoptimalkan deteksi dini akan potensi gangguan guna dilakukan antisipasi, tidak seperti peristiwa di Bitung,” kata Ketua Panwaslu Provinsi Sulut periode 2003-2004 ini.
Pasca peristiwa itu, dirinya menyebut bahwa banyak pihak harus mengintrospeksi diri, bukan hanya bagi kedua ormas yang terlibat saja.
“Semua pemangku kepentingan diharapkan turut bertanggung jawab dalam menciptakan suasana kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram,” tandas Toar Palilingan.
Sejalan dengan semangat kesepakatan Pemilu 2024, masyarakat dan pihak terkait harus bersatu demi mewujudkan proses pemilihan yang demokratis, aman, dan damai di Sulawesi Utara.
(jenlywenur)