Tiga Putaran Debat Olly-Steven Unggul
Olly Dondokambey
AIRMADIDI – Tiga putaran debat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara sudah berakhir. Pasangan Olly Dondokambey-Steven Kandouw dinilai sejumlah kalangan unggul atas dua pasangan lainnya, Maya Rumantir-Glenny Kairupan dan Benny Mamoto-David Bobihoe Akib. Maka Olly pun mengakhir debat dengan menyatakan komitmen dan kecintaannya pada Sulawesi Utara melalui ungkapan khas ke-Minahasa-an, “Kita pe pusa’ ada tanang di sini. Jiwa, raga, dan darah saya Sulawesi Utara,” tandas Olly.
Debat pasangan Cagub-Cawagub Sulut yang digelar KPUD Provinsi Sulut di Hotel Sutanraja itu mengemukakan tiga topik yakni, Wilayah Perbatasan, Kemaritiman, dan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI). Debat sekitar dua jam itu dipandu langsung akademisi Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Unsrat Prof Dr Ir. Grevo S.
Gerung, MSc dan dibuka Ketua KPUD Sulut, Yessy Momongan.
Seperti dua debat sebelumnya, Olly-Steven didukung penuh sejumlah tokoh politik lintas daerah. Tampak hadir di barisan pendukung Olly Steven masing-masing, Yasti Supredjo, Tatong Bara, H.R. Makagansa, Denny Tindas, Djenri Keintjem, Freddy Roeroe, Teddy Kumaat, Dolfi Maringka, Abid Takalamingan, Syachrial Damopoli, Syahrul Poli dan sejumlah tokoh politik lainnya.
Dalam debat terakhir Sabtu (21/11), pasangan Olly – Steven tetap unggul dalam penguasaan topic serta penjabaran program yang konkrit dan realistis. “Pasangan Olly-Steven lebih menguasai. Performence, contain, dan manajemen issue mereke memiliki score 9,5 mengungguli dua pasangan lain,” kata pengamat politik dan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Dr. Boni Hargens yang hadir langsung pada debat terakhir itu.
Menurut Boni Hargens, pasangan Benny-David berada di peringkat kedua dengan score 8,7. Sedangkan pasangan Maya-Glenny berada di posisi ketiga dengan score 7,3. “Pasangan Olly-Steven konsisten dengan visi-misi mereka, juga unggul pada manajemen issu. Keunggulan lain, Olly-Steven tidak bertendensi menyerang pasangan lain, sebagaimana dilakukan pasangan lain yang tendensius menyerang Olly-Steven,” tambah Boni.
Berbagai kalangan menilai, selama tiga putara debat, Olly-Steven memiliki konsistensi dalam berdebat. Mereka tetap mempertahankan visi-missi dalam penjabaran missi dan program. “Artinya, Olly Steven memiliki manajemen issu yang selalu terkorelasi dengan cita-cita,” ujar Dr Gerdi Worang, pengamat politik pemerintahan.
Menurut Gerdi Worang, dari tiga putaran debat dengan topic berbeda, jelas terbaca semua pasangan calon memiliki wawasan nasional bahkan global. Tetapi, katanya, Olly-Steven memiliki kelebihan dalam hal pengenalan dan penguasaan kebutuhan daerah. Bahkan, pasangan ini tanggap dan dengan bebas mengelaborasi kebutuhan factual dengan visi-missi mereka.
Hal yang menonjol lain dari Olly-Steven adalah penguasaan persoalan dan kebutuhan daerah yang dipaparkan secara realistis. “Program yang ditawarkan tidak normative dan muluk-muluk, cukup terukur dan realistis. Contohnya ketika mereka bicara soal KEK dan krisis listrik di Sulut, Olly tetap optimis tetapi realistis,” kata Worang.
Tentang KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), Olly memaparkan, diperlukan sebuah keputusan politik oleh pemerintah pusat agar program pematangan KEK mendapat perpanjangan waktu. “Jika dipercayakan rakyat, soal KEK saya akan memperjuangkan perpanjangan waktu kepada pemerintah pusat, karena waktu yang diberikan untuk menghadirkan KEK itu tidak memadai,” katanya. Dia menambahkan, merasa ikut bertanggungjawab pada kelangsung KEK karena ketika masih wakil rakyat di DPR RI, Olly ikut memperjuangkan penetapan KEK Bitung.
Percepatan KEK itu juga perlu diikuti dengan pengembangan infrstruktur dasar di kawasan KEK misalnya kapasitas terpasang energy listrik dan percepatan pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung. “KEK juga tetap terintegrasi dengan pengembangan infrastruktur seperti penambahan energy listrik dan penyelesaian jalan tol Manado Bitung,” tandas Olly.
Yasti Supredjo yang dihubungi usai debat itu mengatakan, bangga dengan penampilan Olly-Steven. “Saya saksikan langsung tiga kali debat, Olly-Steven membanggkan. Mereka lebih menguasai persoalan dan program-program yang ditawarkan masuk akal juga tidak muluk-muluk,” kata Yasti kepada wartawan.
Sementara itu, tokoh Nusa Utara, Denny Tindas juga bangga karena Olly-Steven memiliki visi dan missi yang kuat pada masyarakat kepulauan dan kemaritiman. “Sebagai anak Nusa Utara saya bangga dan bersyukur, Pak Olly dan Pak Steven memiliki komitmen yang kuat pada pembangunan daerah perbatasan dan kemaritiman. Saya tahu, ini bukan sekedar komitmen sebab Pak Olly sudah membuktikan komitmen itu semasa mengabdi di DPR RI,” jelas Tindas.
Hal yang mengharukan, ketika Olly menyatakan komitmen moralnya mengabdi bagi daerah. “Kita tidak punya pilihan, dari pada mengutuki malam yang gelap, mari nyalakan lilin harapan untuk mengangkat Sulut makin hebat,” kata Olly. Dia pun mengitip pesan ibunya, Lily Victorine Wangania, “Buat apa kamu hidup kalau hidupmu tak berguna bagi orang lain. Berguna bagi orang lain adalah panggilan hidup saya dan Steven,” kata Olly.
Pada bagian akhir pernyataannya, Olly yang mengenakan kemeja merah darah bersama Steven menyatakan spiritnya, “Saya lahir, dididik, disekolahkan dan dibesarkan di tanah yang sama-sama kita cintai ini. *Kita pe pusa ada tanang di sini*,” tutur Olly dengan suara bergetar. Dia menambahkan, jiwa, raga, dan darahnya adalah seutuhnya Sulawesi Utara. Olly memang dilahirkan di Kolongan, Kalawat Minahasa Utara 54 tahun lalu tak jauh dari lokasi pelaksanaan debat. (ads)